Sabtu, 07 Juli 2012

PHENYLETHYLAMONIUM


Proses pembuatan dan penulisan proses ini menguras banyak tenaga, pikiran, dan mental, karena proses yang terlalu lama proposal ini isinya sudah mengalami banyak revisi, tetapi tidak dapat dilaksanakan karena bahan dasar organiknya yaitu phenylethylamonium (C6H5CH2CH2NH3)2  yang harus mendatangkan langsung dari jerman dengan harga yang cukup tinggi dan waktu pendatangan yang lama.


FABRIKASI MATERIAL ORGANIK-INORGANIK HYBRID CUCL4 (C6H5CH2CH2NH3)2 DOPING NI2+ DENGAN METODE SPIN COATING SEBAGAI MATERIAL ELEKTRONIKA








Dosen Pembimbing
Nandang Mufti, S.Si, M.Si, Phd
197208152005011111

oleh
NGESTI UTAMI
     308322410933











UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN FISIKA
PRODI FISIKA
           Januari, 2012

BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Baru-baru ini perhatian akan model material yang secara dramatis mengubah kearah yang umum dan control hubungan fundamental antara ilmu kimia pada level molekul dan bahan material berskala makro.  Pada abad ke 21 ini kemajuan akan aplikasi informasi, komunikasi (mikroelektronik), obat dan lain sebagainya membutuhkan miniaturisasi material dengan bahan yang memiliki kualitas unggul dan berdaya guna. Sekarang ini banyak teknologi yang berskala nano yang disebut dengan nanoteknologi. “Nanoteknologi” adalah ilmu material yang sangat penting pada skala nanometer yang merupakan kombinasi karya ilmuan dari berbagai ilmu bidang pengetahuan (ilmuan fisika, kimia, dan material) (Nicola Hüsing & Ulrich Schubert.2004).
Berbagai material diteliti untuk memenuhi tuntutan pasar, salah satunya dibidang hybrid.  Sekarang ini kata hybrid tidak asing lagi di telinga, hybrid sudah banyak digunakan dalam bidang elektronika seperti pada mobil, soft ware computer, handphone, bolpoin dan lain sebagainya. Hybrid bisa diartikan sebagai mongrel atau bisa dikatakan kombinasi dari material yang berbeda dan menjadi material baru yang mempunyai fungsi serta sifat yang lebih baik dari material sebelumnya. Secara umum material ini mirip dengan komposit, dimana dua atau lebih material yang digabungkan dengan bentuk dan komposisi yang berbeda (Nicola Hüsing & Ulrich Schubert.2004). Di dalam dunia fisika dan kimia hybrid dapat digunakan dalam berbagai macam kontek, seperti yang ada pada dunia makroskopis, komposit, dan polimer.
Perkembangan dari material organik anorganik hybrid semakin meluas dari berbagai macam lingkungan kimia yang berbeda termasuk interkalasi kimia, tetapi hanya proses kimia anorganik lunak yang terus dikembangkan. Sekarang material organik anorganik hybrid tumbuh bermacam-macam tipe, dan sudah mulai merambah ke material molekul, supramolekul, dan kimia polimer (Pedro Gómez-Romero and Clément Sanchez.2003). Fabrikasi material organik anorganik hybrid menggunakan metode yang berbeda-beda untuk menghasilkan material yang dinginkan, tetapi hampir semua material organik anorganik hybrid baru umumnya mempunyai karakteristik dengan menggunakan temperatur (<2000 C) pada temperatur ruang (Eduardo Ruiz-Hitzky.2004).
Pencampuran material organik anorganik hybrid  sudah pernah diteliti sebelumnya yang diaplikasikan sebagai PABX telephone dan system intercom yang menoba membuat rangkaian untuk mengimplementasikan baterai feed (B), supervision (S), dan Hybrid (H) dengan hybrid sebagai film tebal (Elli Herlia Effendi, 1995), sebagai hybrid lapisan sirkuit dari pengaruh luar dan pengaruh buruknya lingkungan dengan bentuk film tebal (Elli Herlia E, Lia Muliani, 1996). Selain film tebal hybrid juga sudah diaplikasikan pada film hybrid untuk pembuatan rangkaian gelombang mikro (Gandi Sugandi, Elli Herlia E, Lia Muliani, 1995)  dan juga material organik anorganic hybrid dalam bentuk nano
( Yushiki Chujo, 2007).
Material organik anorganik hybrid merupakan menggabungkan ketahanan bahan inorganik dengan proses organik (Anne Arkenbout, 2010). Pada penelitian  material organik-anorganik hybrid CuCl4 (C6H5CH2CH2NH3)2  sudah pernah diteliti sebelumnya oleh Anne Arkenbout (2010) dan David B. Mitzi (2004) dengan material organik anorganik (C6H5CH2CH2NH3)2  SnI4 keduanya menjadi kristal tunggal sebagai material elektronik JFET, solar cell, OLED, dan lain sebagainya.
 Penelitian kali ini akan mencoba menganalisis senyawa Kristal multiferoik dari  material organik anorganik hybrid CuCl4 (C6H5CH2CH2NH3)2  doping Ni2+ dengan variasi molar 0 ≤ x ≤ 1 menggunakan metode spincoating yang diharapkan akan menaikkan resistivitasnya, kristalinitasnya dan sifat optic dari logam akan lebih mudah di proses karena sifat transparan dari material organik PEA. Selain itu untuk material organik anorganik hybrid  CuCl4 (C6H5CH2CH2NH3)2  memiliki sifat multiferroik juga.
Senyawa multiferoik merupakan senyawa yang memiliki sifat ferroelektrik dan ferromagnetik sekaligus, menariknya dari senyawa ini adalah gabungan dari dua bahan yang berbeda sifat dan memiliki fungsi ganda sebagai menyimpan dan memproses data yang kuat (Afrida Nur Afifa, 2008).
Fabrikasi film tipis banyak metode yang dapat digunakan, diantaranya printing, spray coating, spin coating, dip coating, sputtering dan lain sebagainya (Nazillah muthoharoh, 2011). Pada penelitian material organik anorganik hybrid CuCl4 (C6H5CH2CH2NH3)2 yang menggunakan metode spin coating ini memiliki keunggulan dibanding dengan metode lainnya yaitu dapat menghasilkan film tipis dengan ketebalan 10 nm dan akan diperoleh lapisan homogen karena rotasinya yang konstan dan memerlukan waktu yang singkat.
Pengaruh struktur Kristal, kajian dan penelitian yang berkaitan dengan struktur Kristal untuk mengetahui kristalinitas, fase Kristal, posisi atom, jenis atom dan lain sebaginya, melaui XRD yang akan diketahui struktur dari sampel yang akan diteliti. Material organik anorganik hybrid CuCl4 (C6H5CH2CH2NH3)2  doping Ni2+  akan di uji karakterisasi resistivitas, dielektrisitas serta absorbsinya. Dari penelitian ini diharapkan resistivitasnya setelah di doping dengan  Ni2+ akan menimbulakan resitivitas meningkat, karena kelektronigatifan dari dopan dan jari-jari dari Cu 1,17 dan jari-jari Ni 1,15, karena sesuai dengan teori struktur atom yaitu semakin dekat jarak antara inti atom dengan atom, maka electron yang ada pada kulit terluar akan sulit terlepas, yang mengakibatkan resisitivitas meningkat, selain itu akan terjadi perubahan warna dari material awal dan material yang sudah diteliti setelah pengaruh doping. Dari uraian diatas maka akan dibuat penelitian dengan judul “Fabrikasi Material Organik anorganik Hibrid CuCl4 (C6H5CH2CH2NH3)2 doping Ni2+ Dengan Metode Spin Coating Sebagai Material Elektronika”

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana sintesis material organik anorganik hybrid CuCl4 (C6H5CH2CH2NH3)2 doping Ni2+ dengan metode spin coating?
2.      Bagaimana pengaruh variasi komposisi terhadap struktur Kristal material organik anorganik hybrid CuCl4 (C6H5CH2CH2NH3)2  doping Ni2+? ?
3.      Bgaimana pengaruh pendopingan Ni2+  terhadap dielektrisitas, resistivitas dan absorbansi dari material organik anorganik hybrid CuCl4 (C6H5CH2CH2NH3)2?

C.    MANFAAT
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak antara lain sebagai berikut:
1.      Peneliti
a.       Dapat digunakan sebagai tolak ukur penerapan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama menempuh kuliah dengan penelitian yang dilakukan.
b.      Sintesis material organik anorganik hybrid CuCl4 (C6H5CH2CH2NH3)2 doping Ni2+ dengan metode spin coating dengan keunggulan tertentu yang akan digunakan sebagai acuan pembuatan bahan yang sama pada aplikasi tertentu.
2.      KBK Material
a.       Memberikan pengetahuan baru khususna di bidang  rekayasa material dengan memeberikan variasi baru agar diperoleh hasil aplikasi yang lebih efektif.
b.      Sebagai referensi untuk mendalami teknologi di bidang rekayasa material pada KBK fisika material MIPA Universitas Negeri Malang.
3.      IPTEK
a.       Memberikan sumbangan untuk kemajuan IPTEK yaitu dapat digunakan sebagai referensi dan bahan wacana untuk penelitian selanjutnya.
b.      Meningkatkan pengetahuan tentang material organik anorganik hybrid CuCl4 (C6H5CH2CH2NH3)2 doping Ni2+ dengan metode spin coating.

D.    BATASAN MASALAH
Pembuatan material organik anorganik hybrid CuCl4 (C6H5CH2CH2NH3)2 doping Ni2+ dibatasi dengan variasi molar 0 ≤ x ≤ 1 . Material organik anorganik hybrid CuCl4 (C6H5CH2CH2NH3)2  kemudian akan dideposisi pada subtrat glass melalui metode spin coating dengan kecepatan spin 3000 rpm selama 30 sekon. Karakterisasi struktur Kristal bahan untuk menguji resistivitas menggunakan IV meansurement dan 4-titik probe untuk mencari arus (i) dan tegangan (v), karakterisasi dielektrisitas dengan menggunakan  LCR meter untuk pengukuran kapasitansi (C) dan variasi komposisi, karakterisasi absorbansinya menggunakan spektro UV-Vis untuk pengukuran intensitas (I) dan panjang gelombang (λ) serta pengujian struktur kristal menggunakan XRD, dan untuk mengetahui ukuran butir dengan SEM.

E.     DEFINISI OPERASIONAL
a.      material organik anorganik hybrid adalah gabungan dari material organik  CuCl2 yang mempunyai sifat ferromagnetik karena merupakan logam, dan material anorganik phenylethilammonium (C6H5CH2CH2NH3) yang disitesis dengan metode spin coating.
b.      Spin coating adalah salah satu metode pelapisan pada film tipis hybrid CuCl4 (C6H5CH2CH2NH3)2 pada substrat glass (1x1 cm2),bahan yang berupa larutan CuCl4 (C6H5CH2CH2NH3)2 diletakkan diatas subtract glass kemudian diputar dengan rotasi kecepatan tinggi menggunakan spin coater Tc 100.
c.       Film tipis hybrid adalah salah satu produk teknologi modern dalam bidang elektronik berskla nano, dalam penelitian ini material organik anorganik hybrid CuCl4 (C6H5CH2CH2NH3)2 diatas substrat glass.

BAB 2
KAJIAN PUSTAKA

A.    Material Organik
Di alam banyak terdapat material- material yang dapat difungsikan sebagai bahan yang lebih berguna dari sebelumnya. Seperti halnya material organik yang merupakan material yang berasal dari alam seperti hewan dan tumbuhan berkaitan dengan organisme (makhluk hidup). Hasil penelitian pada abad ke-18 menyimpulkan bahwa ada perbedaan yang nyata antara senyawa organik dan anorganik yaitu senyawa organik lebih rumit strukturnya dan membentuk rantai karbon. Seorang ilmuan dari swedia bernama Berzellius (1815) menyatakan bahwa pembentukan senyawa organik mengikuti hukum-hukum kimia yang berbeda dengan yang berlaku dalam pembentukan senyawa anorganik. Hal ini memberikan pengertian bahwa senyawa organik hanya dapat terjadi bila ada pengaruh dari daya yang dimiliki oleh makhluk hidup (teori vis vitalis) dan senyawa organik  tidak bisa dibuat melalui experiment di laboraturium. Pada tahun 1828 seorang ilmuan jerman Friedrich Wohler berhasil membuat ammonium sianat menjadi urea di laboratorium. Telah diketahui bahwa ammonium sianat merupakan senyawa anorganik sedangkan urea adalah senyawa organik. Hal ini membuktikan bahwa senyawa organik dapat dibuat dalam laboraturim. Kebenaran ini diperkuat dengan adanya pandangan Kolbe (1845) dalam sintesis asam asetat dan unsur-unsurnya, serta sintesis metana oleh Berthelot (1846) (Drs. Parlan, Msi dan Drs. Wahjudi, 3-4. 2005)
Dari kajian terhadap sejumlah besar senyawa organik mengandung unsur carbon dengan unsur tambahan yang biasanya menyertai bahan ini adalah nitrogen, oksigen, sulfur,halogen dan fosfor. Senyawa organik memiliki sifat ketika terkena pengaruh panas akan terdekomposisi, memiliki titik leleh rendah, senyawa organik tidak kental dan tidak berwarna (seperti etanol, karbon tetraklorinida), terdapat juga yang kental dan tidak menguap ( seperti gliserol). Titik didih zat cair yang titik didihnya tinggi bila didistilasi pada tekanan atmosfer dapat mengalami dekomposisi parsial atau menyeluruh. Oleh karena itu zat-zat tersebut harus didistilasi pada tekanan rendah (1-10 mmHg). Sebagian senyawa organik tidak dapat larut dalam air tetapi larut dalam pelarut- pelarut organik (alkohol, eter, aseton, dan sebagainya) dan reaksinya cenderung lambat. Senyawa organik dapat dklasifikasikan dengan beberapa cara misalnya atas dasar struktur atom karbonnya seperti ikatan tunggal, rangkap dan tripel.
 Kebanyakan dari bahan organik ini bersifat isolator, tetapi baru-baru ini bahan organik digunakan sebagai bahan konduktor, ferroelektrik dan semikonduktor dalam aplikasi elektronik (Anne arkenbout, 2010). Aplikasi material elektronik yang menggunakan bahan organik seperti yang diaplikasikan pada fleksibel display dan OLED (Organik Light Emitting Diodes) (Anna arkenbout, 2010). Material organik ini lebih banyak di dominasi oleh unsur karbon yang terhubung oleh ikatan kovalen. Ikatan kovalen adalah ikatan yang selalu melibatkan elektron yang berpasangan (dengan spin yang berlawanan) yang mengakibatkan hanya sedikit elemen yang mempunyai elektron yang seimbang untuk mencapai momen magnetik total. Elemen yang masuk dalam kategori ini adalah elemen-elemen transisi yang kulit-kulit subvalensinya tidak terisi seperti besi, kobalt dan nikel merupakan elemen yang paling dikenal.
Ikatan atom karbon dapat terdiri dari satu, ganda, dan tripel ikatan. Ikatan kovalen terbentuk diantara dua atom yang sama-sama ingin menangkap elektron (sesama atom bukan logam).
CH3-C≡CH3                                        Ikatan Triple
CH3-CH=CH2                                                 Ikatan rangkap
CH3- CH2C-CH3                                        Ikatan Tunggal

            Bahan-bahan organik dapat dibagi menjadi dua kelompok: molekul-molekul kecil dan polimer. Polimer adalah rantai yang sangat panjang satuan berulang dari molekul organik kovalen terikat (monomer) yang membentuk struktur yang teratur. Pada penelitian ini akan membahas tentang kelompok yang satunya yaitu molekul-molekul kecil seperti atom yang membentuk kristal. Dalam kristal molekul tersusun dengan baik dengan interaksi vander waals atau ikatan hydrogen.
Material organik ini memiliki keuntungan pengolahan yang mudah, biaya yang rendah, dan mempunyai fleksibelitas serta tidak perlu menggunakan peralatan berteknologi tinggi untuk mengolahnya.
B.      Material Anorganik
            Selain material organik terdapat juga material anorganik yang merupakan semua yang tidak mengandung rantai karbon. Material ini banyak digunakan untuk aplikasi seperti besi, dan baja untuk kontruksi bangunan dan silikon untuk bahan elektronika. Material Anorganik ini cenderung memiliki ketahanan yang kuat dan bahan rumah tangga yang tahan lama . Material ini tidak larut dan memiliki temperature leleh yang tinggi (Anne Arkenbout,2010). Oleh karena itu bahan anorganik yang digunakan untuk aplikasi elektronik didasarkan pada evaporasi formal dan litografi yaitu membutuhkan peralatan berteknologi tinggi. Untuk transportasi listrik dalam perangkat elektronik biasanya menggunakan logam seperti tembaga, aluminium dan emas. Pada material anorganik ini banyak ditemukan interaksi van der waals, ionik, kovalen atau logam. Komponen anorganik dalam penelitian ini menggunakan interaksi ionik. Ikatan ionik ini terjadi ketika ion logam transisi (muatannya positif) dan halogen ( muatannya negative) saling tarik-menarik membentuk kisi-kisi di bawah temperature leleh.
            Semua material anorganik memiliki sifat magnetik tetapi tidak semua semua jenis magnet dapat digunakan untuk aplikasi elektronik. Dalam aplikasi elektronik bahan magnetik digunakan untuk mengirim atau menyimpan data serta transpormasi daya (Anna Ankerbout, 2010). Jenis magnet yang cocok dengan aplikasi ini adalah bahan yang bersifat ferromagnetik. Bahan ferromagnetik adalah gejala terjadinya perubahan polarisasi listrik secara spontanpada material tanpa gangguan medan listrik luar. Bahan ferromagnetik merupakan kelompok material dielektrik yang dicirikan dengan kemampuan untuk membentuk kurva histerisis yaitu kurva yang menghubungkan antara medan listrik dan polarisasi. Contoh bahan ferromagnetik adalah besi, nikel , kobalt dll.
             Pada bahan ferromagnetism terdapat dua hal penting yang harus terpenuhi yaitu, adanya dipole magnetik dan interaksi yang dapat menyeimbangkan momen dipole dari bahan tersebut. Dapat diambil contoh unsur logam transisi dengan subkulid- d pada ion netral. Orbital terluar dari subkulid d dipengaruhi oleh bidang kristal sehingga pergerakan dibatasi yang menyebabkan ikatan tidak stabil. Dalam kenyataanya momen magnetik dari ion logam transisi bergantung pada kulit d yang berpasangan. Hal ini dapat dijelaskan bahwa jumlah elektron dalm kulit-d dari logam transisi adalah sama dengan jumlah golongan dikurangi dengan bilangan oksidasi dari ion logam. Misalnya Mn termasuk dalm golongan 7, dalam hibrida Mn memiliki ion 2+ sehingga menjadi Mn2+. Dengan demikian jumlah electron di kulit-d 7-2= 5. Seperti terlihat pada gambar 2.2  dibawah ini.







Gambar 2.1 menjelaskan kelima elektron menempati orbitalnya sesuai dengan aturan hund. Masing-masing orbital diisi dengan satu orbital. Dalam kristal masing-masing logam transisi dikelilingi oleh anion yang disebut ligan. Ligan ini mempengaruhi energy dari orbital d, sehingga sebagian terdegenerasi dan sebagian menghilang.
            Material anorganik sudah sering diteliti sebelumnya dengan menggunakan berbagai metode, seperti metode kopresipitasi, presipitasi, sonokimia, spin coating.

C.    Material Organik-anorganik hybrid
            Material organik-anorganik hybrid merupakan menggabungkan ketahanan bahan anorganik dengan proses organik, dengan menggabungkan unsur organik dan anorganik pada skala molekul  (Anne Arkenbout, 2010). Unsur organik dan anorganik masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan seperti yang dijelaskan pada uraian di atas. Maka dari itu pada penelitian ini mencoba untuk menggabungkan yang terbaik dari kedua material organik dan anorganik serta mengekplorasi kemungkinan organik-anorganik hybrid untuk aplikasi elektronik dengan menggabungkan antara sifat ferromagnetism dan semikonduktor. Bahan ini nantinya akan menjadi multiferoik yang merupakan gabungan dari dua bahan yang berbeda sifatnya dan memiliki fungsi ganda sebagai menyimpan dan memproses data yang kuat (Afrida Nur Afifa, 2008).

 









Gambar 2.2 Tabel periodik,semua material di dominasi oleh material anorganik. Dan material yang mengandung rantai karbon adalah material organik seperti yang ada dalam lingkaran hitam.

D.     Klasifikasi material organik anorganik hibrid
Material organik-anorganik ini diklasifikasikan berdasarkan konektivitas komponen organik dan anorganik dalam bahan kristal hybrid. Hanya terdapat ikatan kovalen dan ion, untuk jenis ikatan lainnya tidak termasuk seperti ikatan hydrogen dan van de waals. Klasifikasi ini dapat dilihat pada table 2.1 di bawah ini. In dimensi dari material anorganik.
 









Table 2.3 klasifikasi dari Kristal material organik dan anorganik oleh Cheetham et al. Dan  klasifikasi dasar dari hubungan dimensi anorganik In serta hubungan dimensi logam-organik-logam diadaptasi dari Cheetham et al.
Ketika material memiliki kelompok I2, berarti kelompok ini memiliki hubungan 2 dimensi yang akan membentuk lembaran yang teratur. On menunjukkan hubungan logam-organik-logam, seperti kelompok O3 dimana logam terikat dengan logam lain melalui molekul organik dalam tiga dimensi. Kelas I0O0 ,  I0O1 dan I0O2 . Seperti yang akan dijelaskan pada gambar 2. 2 di bawah ini.
 







Gambar 2.4 kotak hitam menunjukkan komponen anorganik dan lingkaran komponen organik yang dihubungkan dengan garis yang menunjukkan interaksi ionik atau kovalen.
Subklas I0On (n 1) biasanya disebut dengan polimer koordinasi, karena terdiri dari logam-organik-logam-organik dalam satu garis lurus. Berbeda dengan polimer konvensional yang membentuk bahan kristal. Selain itu polimer koordinasi memiliki perbedaan dengan konvensional pada konektivitasnya yaitu polimer tradisional memiliki dimensi 1, sedangkan untuk polimer koordinasi bisa membentuk 1, 2, dan 3 dimensi. Hal ini tergantung dari ukuran komponen organic pada   material anorganik yang dapat direfleksikan pada material hybrid.
Pada material I1-3O0 adalah kelas material organik anorganik hybrid yang berhubungan dengan material anorganik untuk interaksi magnetik yang kuat. Walaupun begitu material terbaik yang memberikan tingkat magnetik dengan temperature tinggi.


E.     Magnetik pada material organik anorganik hybrid I1-3O0
            Pada materialorganik anorganik hybrid I1-3O0 interaksi ion magnetik antara ion yang satu dengan yang lainnya saling berdekatan. Interaksi magnetik yang kuat yang memungkinkan material tersebut sebagai aplikasi elektronik. Hal ini dipengaruhi secara langsung oleh perubahan interaksi seperti pada karboksilat sulfonat, fosfonat nitro, dan material anorganik, dikarenakan jarak yang dekat antara pusat logam.
1.      Interkalasi
            Interkalasi ini terdiri dari lembaran material anorganik, dan material organik yang bergerak menyusup diantara tangga. Penambahan material organik ini akan membentuk organik anorganik hybrid, seperti yang ditunjukkan oleh gambar 2.5 dibawah
 





Gambar 2.5 skema dari proses interkalasi. Kotak hitam merupakan material anorganik dan lingkaran merupakan komponen organik.

Interkalasi yang terjadi pada material magnetik yaitu pada senyawa dengan bahan dasar phosphorous trichalcochenides (MPS3) (dengan M = logam transisi) yang berinterkalasi dengan (P2S6)4-.

2.       Jembatan oksigen
              Jembatan oksigen material hybrid pada magnetik logam transisi dihubungkan oleh grup fosfonat, karboksilat, nitro atau sulfonat  seperti pada gambar 2.6 dibawah ini,




 








Gambar 2.6 bermacam-macam grup dari ligan yang digunakan untuk jembatan oksigen material organik anorganik hybrid.
Pada ion logam dikelilingi oleh octahedron dari atom hydrogen.masing-masing atom oksigen berpasangan dengan atom oksigen lainnya, sebagian octahedron yang berbeda adalah atom N, S, C atau P. Atom N, S, C atau P dihubungkan dengan dengan grup R yang terdiri atas atom setengah penuh dari atom hydrogen menuju molekul organik yang lebih besar, seperti rantai alkil atau cincin benzene. Pada gambar 2.4 adalah anorganik hybrid yang membentuk 2 dimensi yang tersusun teratur.
3.      Jembatan halida 
              Jembatan halida organik anorganik hybrid terdiri dari array anorganik ion logam yang dihubungkan melalui atom hydrogen tunggal. Komponen anorganik dapat membentuk bermcam-macam struktur dan dimensi, seperti struktur perovskite pada gambar 2.7 dibawah
 







Gambar 2.7 O0I2 jembatan halogen anorganik hybrid yang berbentuk perovskite 2 dimensi.
Ion logam merupakan koordinat oktahedral dengan atom halogen yang terhubung pada ujung-ujungnya membentuk lembaran perovskite. Struktur perovskite memiliki 2 bentuk formula dengan muatan ion positif RNH3+ sebagai material anorganik. R dapat merubah dari atom hydrogen menjadi molekul organik yang lebih besar, seperti rantai phenylethil atau alkana sampai n = 14.

Penelitian tentang material organik anorganik hybrid sudah pernah pernah di teliti sebelumnya yang diaplikasikan sebagai PABX telephone dan system intercom yang menoba membuat rangkaian untuk mengimplementasikan baterai feed (B), supervision (S), dan Hybrid (H) dengan hybrid sebagai film tebal (Elli Herlia Effendi, 1995), sebagai hybrid lapisan sirkuit dari pengaruh luar dan pengaruh buruknya lingkungan dengan bentuk film tebal (Elli Herlia E, Lia Muliani, 1996). Selain film tebal hybrid juga sudah diaplikasikan pada film hybrid untuk pembuatan rangkaian gelombang mikro (Gandi Sugandi, Elli Herlia E, Lia Muliani, 1995)  dan juga material organic- inorganic hybrid dalam bentuk nano    ( Yushiki Chujo, 2007).
Material organik anorganik hybrid CuCl4 (C6H5CH2CH2NH3)2 sudah pernah diteliti sebelumnya oleh Anne Arkenbout yaitu MX3+1 (Y-NH3) 1+ x di mana M adalah ion  magnetik transisi- logam divalen, X adalah ion halida dan Y adalah molekul (terkonjugasi) kecil organik yang didasarkan pada unsur Fe, Co, Ni merupakan logam transisi yang mengkrital dalam tiga struktur yang berbeda.
 

 

Gambar 2.8 struktur Kristal pada bermacam-macam hybrid. a) CoCl4 dengan ikatan hydrogen. b) Nikel hybrid yang memiliki bentuk anorganik 1-dimensi. c) Organik anorganik hybrid Fe, Mn, Co berbentuk 2-dimensi, dengan bagian sudutnya molekul anorganik, tangganya molekul organik (Anne Arkenbout. 2010).
 Pada penelitian kali ini akan mencoba material yang sama, seperti yang pernah ditelitai oleh Anna Arkenbout yang menghasilkan kristal tunggal. Penelitian ini akan menggunakan material organik anorganik hybrid Cu1-xCl4(C6H5CH2CH2NH3)2  dengan doping Ni2+ dengan variasi molar (x) = 0, 2, 4, 6 dengan metode spin coating yang menggunakan substrat glass 1 mm x 1 mm. Untuk mengetahui struktur dari material organik anorganik hybrid Cu1-xCl4(C6H5CH2CH2NH3)2  akan dikarakterisasi dengan menggunakan XRD (X- Ray Diffraction),dan  SEM.

F.     CuCl2 (Copper (II) Chloride)
            CuCl2 memiliki nama IUPAC Copper (II) chloride atau  Copper dichloride dan nama lainnya cupric chloride. CuCl2 adalah padatan yang berwarna colat menyala yang mana perlahan-lahan mengalami penguapan menjadi bentuk dehidrat berwarna biru-hijau.
                                                                                                    
                                          



Gambar 2.9 Copper dichloride anhydrous dan dehydrate.
            Copper dichloride memiliki sifat paramagnetik. Larutan CuCl2 tergantung dari konsentarsi, temperatur, dan tambahan ion Cl. Jenis [Cu(H2O)6]2+ berwarna biru dan [CuCl2+x]x− berwarna kuning atau merah untuk halida komplek. Larutan CuCl atau Cl2 akan terdekomposisi atau hancur pada temperature 10000C.
2 CuCl2 → 2 CuCl + Cl2
            Ketiaka bereaksi dengan HCl atau Cl lainnya akan membentuk ion komplek, akan berwarna merah pada CuCl3, dan kuning untuk CuCl42−
CuCl2 + 2 Cl CuCl3 + Cl [CuCl2]4


Tabel 2.2 identifikasi CuCl2
Massa molar
134.45 g/mol (anhydrous)
170.48 g/mol (dihydrate)
warna
Padatan kuning-coklat (anhydrous)
padatan biru-hijau (dihydrate)
kerapatan
3.386 g/cm3 (anhydrous)
2.51 g/cm3 (dihydrate)
Titik leleh
498 °C (anhydrous)
100 °C (dehydration of dehydrate)
Titik didih
993 °C (anhydrous, decomp)                            
Larut dalam air
706 g/L (0 °C)
757 g/L (25 °C)
Struktur kristal
Octahedral
Koordinat geometri
Octahedral pada Ni
Fase R
Fase S

G.    NiCl2 (Nikel (II) Chloride)
NiCl2 memiliki nama IUPAC nikel (II) chloride, dan nama lainnya Nickelous chloride, nickel(II) salt of hydrochloric acid. NiCl2 merupakan garam padat yang berwarna kuning, tetapi lebih dikenal dengan hidrate NiCl2·6H2O yang berwarna hijau. Senyawa ini jarang diperoleh di alam seperti mineral nickelbischofite. Pada umumnya nikel memiliki bermacam-macam bentuk dan digunakan untuk sintesisi kimia. Kemungkinan produksi skala terbesar dari nikel chloride termasuk hydrochloric acid dengan nikel matte dan hasilnya diperoleh bijih nikel. NiCl2·6H2O jarang dibuat di laboraturium karena harganya yang murah dan tahan lama. Nikel chloride ketika dipanaskan akan terbentuk persamaan reaksi dan akan mengubah warnanya dari hijau menjadi kening.
NiCl2·6H2O + 6 SOCl2 → NiCl2 + 6 SO2 + 12 HCl
 






Gambar 2.10 gambar senyawa Nikel (II) Chloride



NiCl2·6H2O terdiri dari bagian molekul trans-[NiCl2(H2O)4] akan lebih lemah ketika dicampur dengan air. Hanya empat dari molekul air pada ikatan nikel, dan dua sisanya menjadi krital. Struktur ini mirip dengan yang dimiliki CoCl2 yang memiliki struktur hexahydrate. Senyawa Ni (II) bersifat paramagnetik karena tidak ada elektron berpasangan pada pusat logamnya

Tabel 2.3 identifikasi nikel (II) chloride
Massa molar
129.5994 g/mol (anhydrous)
237.69 g/mol (hexahydrate)
Warna
Kuning-hijau
Kerapatan
3.55 g/cm3 (anhydrous)
1.92 g/cm3 (hexahydrate)
Titik leleh
1001 °C (anhydrous)
140 °C (hexahydrate)
Larut dalam air
anhydrous
64 g/100 mL


hexahydrate
254 g/100 mL (20 °C)
600 g/100 mL (100 °C)
Struktur kristal
Monoklinik
Koordinat geometri
Octahedral pada Ni
Fase R
Fase S


H.    Phenylethilamine (PEA)
Phenylethilamine atau phenethylamine (PEA) adalah alkaloid monoamine alam. Phenylethilamine tersusun oleh cincin benzena dan grup aminoetil.
 








Gambar2.11 Struktur PEA yang terdiri dari Cincin Benzene dan grup aminoetil

            PEA memiliki sifat tidak berwarna pada temperatur ruang, dapat larut pada air, etanol, dan eter, akan berbentuk padatan garam karbonat  dengan bila terkena udara dengan carbon dioksida, berbentuk garam hydrochloride yang stabil, titik leleh 217 °C dan juga dapat membuat iritasi pada kulit. 

I.       Senyawa Multiferroik
Multiferoik merupakan senyawa yang memiliki sifat feroelektrik dan feromagnetik sekaligus.  Multiferoik merupakan bahan yang sangat menarik karena multiferoik merupakan penggabungan antara dua bahan yang berbeda sifatnya yang mempunyai fungsi ganda yaitu menyimpan dan memproses data yang kuat (Afrida Nur Afifah. 2008). Pertama kali ditemukannya material ini karena telah ditemukan empat dari mineral kristalin berpori yang dikenal sebagai "metal-organic frameworks" (MOFs) yang memiliki sifat-sifat ganda yang langka
ketika didinginkan pada suhu tertentu - yaitu sifat "multiferroic. Dari penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kristal memiliki kutub magnet (ferromagnetic) dan pada saat yang bersamaan muatan listrik positif dan negatif yang dapat dibalik ketika medan listrik eksternal diterapkan (ferroelectric). Para peneliti tersebut menemukan bahwa sifat-sifat multiferroic merupakan hasil dari pembentukan ikatan hidrogen antar komponen MOFs - sebuah konsep baru dalam bidang multiferroik.







2.12 Gambar metal-organic frameworks MOFs)

Senyawa multiferroik ini sudah pernah diteliti sebelumnya yaitu, senyawa multiferoik Tb1xBixMn2O5 (x=0;0,5;1) dan pengaruhnya terhadap sifat kemagnetannya (Afrida Nur Afifah. 2008), Karakterisasi Sifat Magnet Dan Listrik
Bahan Multiferoik Bifeo3(Dwi Yulli Retnowati, 2009). Pada penelitian disini juga akan mencoba membuat senyawa multiferoik dengan menggunakan Material Organik-anorganik hybrid CuCl4 (C6H5CH2CH2NH3)2 yang diharapkan dapat meningkatkan kapasitas data memori computer dan perangkat penyimpanan data lainnya. Senyawa multiferoik memilki keuntungan merancang jauh lebih kecil daripada yang digunakan saat ini, serta dengan data yang terbagi menjadi dua media, informasi dapat dienskripsi karena diharapkan semua data akan lebih aman (Harold Kroto, profesor di Florida State University).

J.      Material Elektronik
Fabrikasi material organik-anorganik hybrid CuCl4 (C6H5CH2CH2NH3)2 akan memiliki kekuatan mekanik dan memiliki titik leleh tinggi dari material anorganik, serta proses anorganik yang cenderung menggunakan peralatan yang tidak terlalu mahal, karena alasan ini akan dicari mobilitas tinggi untuk pelarut semikonduktor (D. Mitzi.2004)
            Parameter yang penting pada bahan semikonduktor adalah band gap pembawa electron pada temperature ruang. Seperti panjang gelombang emisi yang kemungkinan material elektronik, Band gap, Eg dari semikonduktor ini sekitar 2,5 eV dan terkadang sama kecilnya sekitar 10 eV. Densitas intrinsik bermacam-macam menggunakan persamaan (-Eg/2KbT), ketika pada suhu ruang 10-1 untuk Eg = 0,1 eV dan 10-26 untuk Eg = 3 eV. Injeksi pada muatan dalam semikonduktor tergantung pada posisi pita konduksi dan valensi dengan mengac pada energy Fermi dari logam tersebut, seperti nilai band gap larutan.
 














Gambar 2.13 skema dari material organik-anorganik hybrid CuCl4 (C6H5CH2CH2NH3)2 dan kemungkinan yang akan terjadi pada energy Fermi. a) kisi dari semikonduktor anorganik digantikan dengan layer organik dengan band gap yang lebih luas b) perluasan band gap pada layer anorganik dan kation organik dengan HOMO-LOMO yang lebih kecil c) dengan pergeseran afinitass elektron organik menuju anorganik, akan menimbulkan energy Fermi (David B. Mitzi. 2004)

            Material organik anorganik hybrid CuCl4 (C6H5CH2CH2NH3)2 memiliki  sifat semikonduktif dengan pita konduksi terisi penuh dan pita valensi kosong yang dipisahkan dengan pita terlarang. Pemberian doping material organik anorganik hybrid CuCl4 (C6H5CH2CH2NH3)2 akan menyebabkan perubahan pada pita-pita baru di dalam celah energy yang memungkinkan elektron-elektron untuk bergerak ke pita-pita baru.





Gambar 2.14 analogi diagram semikonduktor oraganik dan anorganik
           
Pada gambar 2. 14 menunjukkan HOMO ( Highest Occupied Molecular Orbital) merupakan bagian teratas dari bagian yang ditempati oleh elektron pada pita valensi. LUMO (Lowest Unoccupied Molecular Orbital) merupakan bagian terbawah dari bagian yang ditempati oleh elekron pada pita velansi. HOMO dapat dianalogikan sebagai pita yang berisi elektron atau pita valensi dan LUMO  dianalogikan sebagai pita konduksi. Pada keadaan 0 K atau dalam keadaan LUMO, ketika dalam keadaan suhu lebih tinggi elektron memiliki cukup energy untuk melompat menuju pita valensi. Lefel Fermi (Ef) merupakan level teratas yang bisa ditempati electron pada suhu 0 K, apabila level Fermi suatu bahan mendekati LUMO, dapat dikatakan bahan tersebut merupakan tipe-n dan berlaku sebagai penerima electron (akseptor), apabila level Fermi mendekati HOMO dapat dikatakan bahan tipe-p yang berperan sebagai pendonor elektron.
            Pada penelitian organik anorganik hybrid CuCl4 (C6H5CH2CH2NH3)2 dengan doping Ni 2+ belum bisa diketahui termasuk tipe-n atau tipe-p, karena untuk mengetahuinya perlu dilakukan percobaan terlebih dahul menggunakan efek hall yang nantinya akan diketahui densitas dan mobilitas electron dari material organik anorganik hybrid CuCl4 (C6H5CH2CH2NH3)2 (David B. Mitzi. 2004).

K.    Metode spincoating
            Spincoating merupakan metode yang digunakan untuk pembuatan film. film tipis pada substat rata, bahan yang berupa larutan yang diletakkan diatass substat dahulu, kemudian dirotasi dengan kecepatan tinggi. Larutan dideposisikan dengan gaya sentrifugal. Langkah spincoating terdiri dari deposisi, spin up, spin off, dan evaporasi yang dilakukan diluar proses (Nazillah Muthoharoh.2011).
Tahap pertama dimulai dari diteteskan atau dialirkannya cairan pelapis berupa gel di atas substrat. Pada tahap deposisi substrat belum diputar. Kemudian pada tahap berikutnya substrat mulai diputar. Akibat gaya sentrifugal cairan menjadi tersebar secara radial keluar dari pusat putaran menuju tepi piringan. Pada tahap ini substrat mengalami percepatan.
Sedangkan pada kedua tahap berikutnya laju putaran mulai konstan, artinya tidak ada percepatan sudut pada substrat. Pada tahap spin-off sebagian cairan yang berlebih akan menuju ke tepi substrat dan akhirnya terlepas dari substrat membentuk tetesan-tetesan. Semakin menipis lapisan yang terbentuk semakin berkurang tetesan-tetesan yang terbuang. Hal ini dipengaruhi oleh adanya penambahan hambatan alir dan viskositas pada saat lapisan semakin tipis. Tahap terakhir, evaporasi, merupakan mekanisme utama dari proses penipisan lapisan (Erus Rustami. 2008).
 






Gambar 2.15 empat langkah dalam spin coating (Gregory A. Luurtsema.2007)
Ketebalan lapisan yang terbentuk ditentukan oleh dua parameter utama yaitu viskositas dan laju putaran (angular speed) disamping parameter-parameter lainnya seperti waktu dan kerapatan cairan.
Spin coating memiliki keuntungan pengoperasiannya dengan dapat merubah kecepatan spin dengan kecepatan tertentu. Kecepatan putaran akan terus berlanjut sampai didapatkan ketebalan substrat yang diinginkan. Larutan mudah mengalami penguapan sehingga diperlukan putaran dengan kecepatan anguler yang tinggi untuk menghasilkan film tipis. Selain itu selama prose spin coating dapat menciptakan ketebalan yang seragam pada permuakaan substrat dan spin coating dapat menghasilkan mikrofibrasi dengan ketebalan 10 nm.
Spin coating ini juga memiliki sedikit kelemahan yaitu dapat menambah ukuran substrat dari ukuran sebelumnya, atau bertambah lebar sampai proses spincoating berkurang. Kelemahan lainnya yaitu hanya 2- 5 % material yang menempel pada substrat, 95-98% menempel pada wadah  spin (Gregory A. Luurtsema.2007).
Penelitian yang sudah pernah menggunakan metode spin coating ini adalah Fabrikasi Film Tipis Pani Cu/Ag dengan mengkarakterisasi struktur dan dielektrisitasnya dengan menggunakan subtract Ag ( Nazillah Muthoharoh. 2011). Sistem Kontrol Kecepatan Putar Spin Coating Berbasis Mikrokontroler Atmega8535 (Erus Rustami. 2008), Studi Karakteristik O-Led Meh-Ppv Yang Dibuat Dengan Teknik Spin Coating (Anissa Lisniana Maharani. 2008), Pengaruh Temperatur Pada Ketebalan Lapisan Tipis Polymethyl Methacrylate (Pmma) Hasil Fabrikasi Dengan Teknik Spin Coating (Muniroh kiswatul. 2009).

K. Karakterisasi
1.      Uji Resistivitas
            Uji resistivitas pada material organik anorganik hybrid CuCl4 (C6H5CH2CH2NH3)2 dengan menggunakan 2 titik probe yang dihubungkan dengan IV. Ketika tegangan rendah kurva pada Iv akan linear yang merupakan indikasi resistansi (ohm). Pada saat tegangan membesar kurva IV akan bergerak tidak linear yang disebabkan karena arus yang memulai mengikuti perlakuan kuadratik, yang hasilnya gravik antara kerapatan dan tegangan.
            Pada penjelasan sebelumnya sudah dijelaskan bahwa hybrid dapat membentuk dimensi, mulai dari dimensi 0-3. Tetapi hampir semua hybrid menunjukkan resistivitas. Kesamaan resistivitas untuk semua dimensi dapat dihasikan dari konduktivitas komponen organik. Menurunnya konduktivitas pada dimensi rendah dari komponen anorganik, digantikan dengan kenaikan konduktivitas pada komponen organik (anne arkenbout.2010).
2.      Uji Absorbansi
Absorbansi merupakan Suatu grafik yang menghubungkan antara banyaknya sinar yang diserap dengan frekuensi (panjang gelombang) sinar merupakan spektrum absorpsi. Transisi yang dibolehkan untuk suatu molekul dengan struktur kimia yang berbeda adalah tidak sama sehingga spektra absorpsinya juga berbeda. Dengan demikian, spektra dapat digunakan sebagai bahan informasi yang bermanfaat untuk analisis kualitatif. Banyaknya sinar yang diabsorpsi pada panjang gelombang tertentu sebanding dengan banyaknya molekul yang menyerap radiasi, sehingga spektra absorpsi juga dapat digunakan untuk analisis kuantitatif ( Rohman, Abdul, 2007). Semua molekul dapat mengabsorpsi radiasi daerah UV-Vis karena mengandung elektron, baik kelompok  maupun tidak, yang dapat dieksitasikan ke tingkat energi yang lebih tinggi.
            Pada absorbansi umumnya nilainya berkisar antara 0 hingga 1,  tetapi bisa juga lebih tinggi dari itu. Absorbansi 0 pada suatu panjang gelombang artinya tidak ada sinar dengan panjang gelombang tertentu yang diserap. Absorbansi 1 terjadi ketika 90 % sinar pada suatu panjang gelombang diserap – 10 % lainnya tidak diserap.
3.      Uji Dielektrisitas
            Dielektrisitas adalah karakter tingkatan suatu bahan dielektrik apabila terpolarisasi oleh medan listrik. Apabila suatu bahan dielektrik dipengaruhi medan listrik, maka muatan negatif akan ditarik kea rah yang berawanan dengan arah medan listrik, sedangkan muatan positif ditarik searah dengan medan listrik. Dielektrisitas suatu bahan akan meningkat bila jarak antar atom semakin kecil dan volume kristal mengecil sehingga ikatannya semakin kuat dan electron semakn tidak mudah terlepas dar inti.
            Pertivitas relatif suatu dielektrik atau disebut juga konstanta dielektrik K didefinisakan sebagai ukuran dari kemampuan material untuk menyimpan muatan.
                                                           
                                               
Persamaan konsatnta dielektrik 2.1
Dimana C merupakan nilai kapasitansi bahan terukur, A luas permukaan melintang bahan, l adalah tebal bahan sedangkan ε o merupakan permitivitas pada ruang hampa yang nilainya adalah 8,85 . 10-12 F/m.




BAB III
METODE PENELITIAN

A.    RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan disini bersifat ekperimental. Kegiatan ekperimen ini terdiri dari tiga tahap yaitu, polimerisasi, deposisi material organik anorganik hybrid Cu1-xCl (C6H5CH2CH2NH3)1+x  dan karakterisasi sampel. Penelitian ini bersifat menjelaskan pengaruh doping Ni2+ pada material organik anorganik hybrid Cu1-xCl (C6H5CH2CH2NH3)1+x terhadap dielektrisitas, resistivitas, absorbansi dan juga struktur dari bahan. Pembuatan sampel terdiri dari material organik anorganik hybrid Cu1-xCl (C6H5CH2CH2NH3)1+x  yang memiliki variasi komposisi Ni2+ sebesar  0 ≤ x ≤ 1. Karakterisasi struktur Kristal menggunakan hasil pola XRF, XRD dan SEM, sedangkan untuk karakterisasi dielektrisitas menggunakan metode 2- titik probe, resistivitas menggunakan IV Measurement atau metode 4-titik probe, dan absorbansi larutan menggunakan UV-VIS.
B.     Waktu dan Tempat Penelitian
Tempat penelitian sintesis material organik anorganik hybrid Cu1-xCl (C6H5CH2CH2NH3)1+x dilaksanakan di Laboraturium Fisika Nanomaterial FMIPA UM. Karakterisasi struktur bahan dan absorbansi dilakukan di Laboraturan Central FMIPA UM. Karakterisi Dielektrisitas, dan resistivitas di Laboraturium Fisika Material FMIPA UM. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari hingga mei 2012. Penelitian dilakukan setiap hari kerja pukul 08.00 WIB sampi dengan pukul 17.00 WIB.

C.    Alat dan Bahan Penelitian
Alat dan bahan yang digunakan selama penelitian ini berlangsung adalah:
1.      Alat meliputi:
Alat penelitian
1.      Neraca digital deviasi 0,0001 gr maksimum 3100 gr
2.      Ultrasonic cleaner, power sonic 405
3.      Spin Coater Tc 100
4.      Furnace termolyte 4800 fusi elektrik
5.      Elipsonometer Micropack Specel-2000
6.      Hot plate dan magnetic stirrer
7.      Sptula (stainless stell) dan pipet
8.      Gelas beker dan vessel pyrex
9.      Cawan Petri
10.  Kertas saring Whatmann
Alat Karakterisasi
1.      IR Prestige
2.      XRF
3.      XRD (X-Ray Difractometer) dengan tipe X’ Pert PRO
4.      SEM (Scanning Electron Microscopy) dengan FEI tipe INSPECT S-50
5.      UV-VIS
6.      LCR meter dengan tipe MT 4090 L tech
Alat Pengukuran
1.      Pengukuran Nilai Konstanta dielektrisitas
-          LCR meter
2.      Pengukuran Resistivitas
-          4-robe dan IV-measurement
-          Kabel konektor
3.      Pengukuran absorbansi
-          UV-Vis
4.      Difraktometer sinar-x
5.      Perangkat keras dengan komputer
6.      Data bank kristalografi
7.      Perangkat lunak yang digunakan
-          Cellref dan PCW= untuk menganalisis fase dari pola difraksi sinar-x
-          Microcal origin= untuk membuat plot kurva

2.      Bahan
1.      Phenylethylammonium (C6H5CH2CH2NH3)2)
2.      Copper Cloride (CuCl2)
3.      Nikel Cloride (NiCl2)
4.      HCl
5.      Subtrat glass (1x1 cm)
6.      Chloroform
7.      Aquades
8.      Alkohol 95 %

3.      Variabel penelitian
1.      Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian material oragnik-inorganik hybrid CuCl4 (C6H5CH2CH2NH3)2. Variasi komposisi doping Ni2+ berdasarkan kemolarannya yaitu 0 ≤ x ≤ 1 dan temperature pengukuran.
2.      Variabel terikat
Variabel terikat dari penelitian ini. Selain itu variable terikat dari penelitian ini adalah sifat kelistrikan dari material organik anorganik hybrid CuCl4 (C6H5CH2CH2NH3)2 yang diidentifikasi dengan mengukur dielektrisitas, resistivitas, absorbansi, serta struktur kristal dari bahan.
3.      Variabel kontrol
Variabel kontrol dari penelitian ini adalah
a.       Suhu Anneling Hybrid (pemanasan saat polimerisasi) 500C
b.      Lama sonikasi saat pembuatan solvent (untuk menjadikan larutan homogen)
c.       Lama dan kecepatan spin coating (untuk menentukan ketebalan) 3000 rpm selama 30 menit.
d.      Lama pemanasan dan suhu anneling pada material hybrid (pada saat deposisi, bertujuan menghilangkan residu dan proses terjadinya kontak dengan subtrat film)

4.      Prosedur Penelitian
a.      Sintesis material organik anorganik hybrid CuCl4 (C6H5CH2CH2NH3)2
Senyawa induk dari fabrikasi material organik anorganik hybrid CuCl4 (C6H5CH2CH2NH3)2 adalah phenylethilammonium. Metode dari pembuatan material organik ini sangat umum yaitu dengan menambahkan larutan Hcl jenuh untuk menjadikan phenylethilaminechloride secara saturasi yang menghasilkan polikristalin putih. Proses selanjutnya senyawa yang terbentuk difiltrasi, dicuci dengan air dan yang terakhir dibiarkan.
Kemudian untuk menghasilkan material phenylethilammoniumchloride terlebih dahulu menimbang bahan-bahan seperti sesuai komposisi dan dilanjutkan mensitrer semua bahan pada stirrer dengan suhu 500 C dengan menambahkan air sedikit demi sedikit sampai larutan terlarut sempurna atau homogen. Kemudian disaturasi pada temperature ruang agar terbentuk kristal kecil atau powder.
Setelah semua tercampur homogen, untuk pendopingan NiCl2 digunakan perbandingan  molar 0 ≤ x ≤ 1 yang dilarutkan dengan magnetik stirrer dengan menambahkan air sedikit demi sedikit sampai semua bahan terlarut sempurna. Kemudian memasukkan NiCl2 pada larutan larutan awal yang sudah terbentuk polikristalin pada tabung reaksi dan dibiarkan pada suhu ruang atau diendapkan selam kurang lebih 1 hari. Larutan hasil pengendapan inilah yang nantinya dijadikan sebagai lapisan spin coataing di atas substrat glass.
Material organik anorganik hybrid CuCl4 (C6H5CH2CH2NH3)2 dengan doping Ni2+ dapat direaksikan sebagai berikut:
1-xCuCl2.6H2O + xNiCl2.6H2O + 2 C6H5CH2CH2NH3              Cu 1-x Ni x Cl4 (C6H5CH2CH2NH3)2

b.      Deposisi material hybrid CuCl4 (C6H5CH2CH2NH3)2
Pada deposisi film tipis hybrid CuCl4 (C6H5CH2CH2NH3)2 substrat yang digunakan adalah glass (1x1) cm2 . Kemudian dicuci dengan alkohol dan dilarutkan pada aceton dalam ultrasonic bath selam 15 menit dengan suhu 500 C. Deposisi film tipis hybrid dilakukan di lab fisika nanomaterial FMIPA UM. Langkah-langkah dari deposisi film tipis hybrid CuCl4 (C6H5CH2CH2NH3)2 sebagai berikut:
1.      Substrat glass (1x1) cm2 dipasang pada mesin spin coater dengan cara merekatkan dengan doble tape.
2.      Penetesan CuCl4 (C6H5CH2CH2NH3)2. CuCl4 (C6H5CH2CH2NH3)2 dideposisi diatas permukaan substrat glass. Kemudian diputar dengan kecepatan tinggi 3000 rpm selama 30 detik. Proses ini diulang beberapa kali sebanyaknya sampel.
3.      Pengeringan CuCl4 (C6H5CH2CH2NH3)2 dengan ketebalan tertentu. Pengeringan ini bertujuan untuk menghilangkan residu film hybrid CuCl4 (C6H5CH2CH2NH3)2 yang tidak tercapai dan proses kontak antara subtrat dengan film.
 

                                                              Larutan CuCl4 (C6H5CH2CH2NH3)2
                                                    Substrat glass

c.       Karakterisasi film tipis hybrid CuCl4 (C6H5CH2CH2NH3)2
Karakterisasi ini bertujuan untuk mengkaji sifat-sifat film tipis hybrid CuCl4 (C6H5CH2CH2NH3)2 dengan metode spin coating. Sifat yang akan dikaji yaitu struktur kristal dan sifat kelistrikan dari film tipis hybrid CuCl4 (C6H5CH2CH2NH3)2 diuji karakterisasi resistivitas, dielektrisitas, dan absorbansinya

1.      Karakterisasi XRD
XRD ini untuk mengetahui struktur yang terdapat pada sampel dan yang mempengaruhinya. Karakterisasi XRD ini bersifat kualitatif. Hasil data yang diperoleh dari hasil XRD seperti kualitas suatu bahan, unsur-unsur yang terkandung dalam bahan meskipun dalam kualitatif 2F dengan sumbu X dan intensitas dengan sumbu Y. Hasil dari data XRD akan dianalisis dengan FWHM (full width at half maximum) dari puncak difraksi. Apabila lebar FWHM semakin runcing, kualitas kristal akan meningkat. FWHM menyatakan tingkat strain (cacat) pada film, semakin sempit FWHM maka strain yang terbentuk akan semakin mengecil.

2.      Karakterisasi SEM
SEM (Scanning Elektron Microscopi) dilakukan untuk mengetahui morfologi dan mikrostruktur yang berupa foto yang dilengkapi dengan skala pengukuran yang berfungsi untuk indikator ukuran butir.

3.      Karakterisasi Resistivitas, dielektrisitas dan absorbansi
Karakterisasi resistivitas diuji dengan menggunakan 4- titik probe dan  IV measurement. Uji resistivitas ini untuk mengetahui pengaruh doping Ni2+ pada material organik anorganik hybrid CuCl4 (C6H5CH2CH2NH3)2. Dengan menempelkan sampel pada 4-titik probe yang dihubungkan dengan IV-measurement dengan arus searah, setelah data diperoleh, resitivitas dihitung dengan persamaan,

Dimana I adalah arus (I), V adalah tegangan (V) dan s adalah jarak antar titik probe. Dan mengulangi sebanyak sampel, sehingga diperoleh gubungan antara arus dan tegangan. Pemasangan sampel pada 4-probe dan IV-measurement seperti pada gambar di bawah ini.
 

Dihubungkan dengan IV-measurement


Gambar 3. 1 skema pengukuran resistivitas pada sampel
Dengan melekatkan jarum 4 probe ke sampel, biasanya dengan menambahkan pasta perak untuk melektkan sampel dengan jarum probe.
Karakterisasi dielektrisitas dilakukan dengan menggubakan LCR meter untuk pengukuran konstanta dielektristas dengan variasi komposisi. Pengukuran dielktrisitas dapat dilihat seperti gambar 3.2 dibawah ini.





Gambar 3.2 skema pengukuran dielektrisitas
Setelah data diperoleh konstanta dielektrisitas dihitung dengan menggunakan persamaan 2.1 pada bab II.
Karakterisasi absorbansi dengan menggunakan UV-VIS untuk mengetahui perubahan panjang gelombang dengan adanya cahaya yang diserap. Sehingga akan diperoleh hubungan intensitas dan panjang gelombang ada masing-masing sampel karena adanya warna yang berbeda-beda dari masing-masing sampel.

D.    Teknis Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan data kualitataif. Adapun langkah-langkah analisis data sebagai berikut:
1.      Membuat plot hubungan antara arus dan tegangan dengan microcal origin
2.      Membuat plot hubungan antara konstanta dielektrik dan variasi molar (x) dengan bantuan microcal origin;
3.      Membuat hubungan antara intensitas dan panjang gelombang dengan microcal origin;
4.      Menganalisis nilai parameter kisi dengan menggunakan perangkat lunak cellref;

E.     Diagram Alir
Dari uraian diatas, pelaksanaan penelitian dapat dideskripsikan melalui diagram alir gambar 3.1 dibawah ini.










Diagram alir dari prosedur penelitian
PROSES 1
SINTESIS

Penimbangan bahan dengan variasi molar
0 ≤ x ≤ 1
PEA dengan doping Ni 2+

Hcl jenuh
Polikristalin Putih
(saturasi)
Distirer
500 C
 










Tabung reaksi dalam suhu ruang
                                                                                                                           Pengendapan

PROSES 2
DEPOSISI

Subsrat glass

Diputar dengan kecepatan 3000 rpm selama 30 sekon
Pengeringan
Lapisan  Spin Coating
 






                                Substrat di tetesi lapisan spin
KARAKTERISASI

SEM

UV-VIS
IV
Measurment
XRD
 


                                                                                                  

Gambar 3.1 diagram alir prosedur penelitian







DAFTAR RUJUKAN
-          Arkenbout,anne H. 2010. Organic-Inorganic Hybrids A Route towards Soluble Magnetic Electronics. Jerman: University or Groningen
-          Darwansyah, Agung dkk. 2003. Implementasi Teknologi Hibrid Film Tebal Pada Rangkaian High Pass Butterwort Orde Dua. Tekno Sains 16(B) 3,September 2003
-          Chujo, Yoshiki.2007. Organic – Inorganic Nano-Hybrid Material. Japan: Kyoto University
-          Darmawansyah,Agung. 2008. Implementasi Surface Mounting Technology Pada Rangkaian Pemancar Fm 88 – 108mhz. Malang: Universitas Brawijaya
-          Drs. Parlan, Drs. Wahjudi. 2005. Kimia Organik 1. Malang: UM press
-          Herlia, Elli,dkk. 2003. Komersialisasi Riset Dibidang Hybrid Film Tebal. Seminar Nasional Pengembangan R&D Mikroelektronika dan Aplikasinya, 9 Oktober. 2003. Bandung
-          Effendi, Elli Helia & Mui Lia. 1996. Lapisan Pelindung Pada Lapisan Sirkit Hibrid Film Tebal. Bulletin IPT, No 2, Vol 2
-          Sugandi, Gandhi, dkk. 1996. Aplikasi Teknologi Hybrid Film Tipis Pada Pembuatan Rangkaian Gelombang Mikro. Proseding Pemaparan Hasil Litbang Ilmu Pengetahuan Teknik, 14-16 Oktober,1996: Bandung
-          Herlia Effeny, Elli. 1995. Aplikasi Teknologi Hybrid Film Tebal Pada Rangkaian Pembuatan Slic Untuk PABX. Bulletin IPT,No 4, Vol 1
-          K. J. Shea, J. Moreau, D. A. Loy, R. J. P. Corriu, B. Boury. 2004. Bridged Polysilsesquioxanes. Molecular-Engineering Nanostructured Hybrid Organic-Inorganic Materials. Pedro Gómez-Romero & Clément Sanchez (Eds), Functional Hybrid Material. Copyright © 2004 WILEY-VCH Verlag GmbH & Co. KGaA, Weinheim ISBN: 3-527-30484-3
-          Kickelbick,Guido. 2007. Introduction to Hybrid Materials. Pedro Gómez-Romero & Clément Sanchez (Eds), Functional Hybrid Material. Copyright © 2004 WILEY-VCH Verlag GmbH & Co. KGaA, Weinheim ISBN: 3-527-30484-3
-          Nadhan, Ludu & Teressa A.2008. Comparison Of Mesoporous Carbon/Carbon Supercapacitor And Nio / Mesoporous Carbon Hybrid Electrochemical Capacito.University sains Malaysia:Malaysia
-          Mitzi, David B.2004. Hibrid Organic-Inorganic Electronic. Pedro Gómez-Romero & Clément Sanchez (Eds), Functional Hybrid Material. Copyright © 2004 WILEY-VCH Verlag GmbH & Co. KGaA, Weinheim ISBN: 3-527-30484-3
-          Muthoharoh, Nazilah. 2011. Fabrikasi Film Tipis Pani-Cu/Ag Dengan Metode Spin Coating dan Karakterisasi struktur serta dielektrisitasnya. Skripsi. Malang: Universitas Negeri Malang
-          Pedro Gómez-Romero, Clément Sanchez.2004. Hybrid Materials, Functional Applications. An Introduction /Functional Hybrid Materials. Pedro Gómez-Romero & Clément Sanchez (Eds), Functional Hybrid Material. Copyright © 2004 WILEY-VCH Verlag GmbH & Co. KGaA, Weinheim ISBN: 3-527-30484-3

PROPOSAL SKRIPSI


FABRIKASI MATERIAL ORGANIK-INORGANIK HYBRID CUCL4 (C6H5CH2CH2NH3)2 DOPING NI2+ DENGAN METODE SPIN COATING SEBAGAI MATERIAL ELEKTRONIKA








Dosen Pembimbing
Nandang Mufti, S.Si, M.Si, Phd
197208152005011111

oleh
NGESTI UTAMI
     308322410933











UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN FISIKA
PRODI FISIKA
           Januari, 2012


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

momentum, impuls dan kekekalan momentum kelas x tkr semester 1

Pengertian  Momentum dan Impuls , Hukum Kekekalan, Energi, Tumbukan, Aplikasi Kehidupan, Rumus, Contoh Soal, Kunci Jawaban - Pernahkah ...