UPAYA PEMBUATAN SUPERKONDUKTOR NANO PARTIKEL Yba2CuO7 (YBCO 123) DENGAN REDUKSI GEOMETRI MENGGUNAKAN HIGH ENERGY MILLING (HEM)
BAB I
PENDAHULUAN
I.
Latar
Belakang
Perkembangan teknologi nanomaterial
sudah mulai diaplikasikan hampir dalam semua bidang ilmu. Tidak hanya dalam
bidang rekayasa material, melainkan juga bidang genetika dan rekayasa kimia.
Hal ini disebabkan karena semakin kecil ukuran kristal suatu material maka luas
permukaanya akan semakin besar, sehingga material dalam orde nanometer mempunyai
jarak antar atom yang sangat kecil yang akan memudahkan terjadinya reaksi antar
atom (Af’idah, 2007).
Dengan luas permukaan yang semakin
besar, maka peluang untuk bereaksi lebih besar karena setiap partikel yang
bereaksi dengan partikel lain bergantung dari luasan permukaannya, sehingga
memberikan energi bebas permukaan yang lebih tinggi untuk nanopartikel
dibanding skala bulk, artinya reaksi respon lebih besar dan kinerjanya lebih
tinggi. Itu merupakan keunggulan material dalam skala nano dibanding skala bulk
(Ridwan, 2005).
Bahan
superkonduktor Yba2CuO7 (YBCO 123) yang
ditemukan pada tahun 1987
jenis
superkonduktor bersuhu tinggi, dengan Tc mencapai 92 K yang susunan kristalnya
berbentuk tetragonal perovskit dengan rumus ABX3 dan mengandung lapisan tembaga oksida (Markus Diantoro 98 -99, 2007).
Telah diketahui bahwa superkonduktor saat ini sudah banyak pengaplikasiannya,
seperti kreta maglev di Jepang dan sebagai kabel listrik.Superkonduktor Yba2CuO7
(YBCO 123) sudah pernah diteliti dengan menggunakan metode evaporasi (Y. Purwamargapratala, dkk.2010 ), metode kopresipitasi ( Yustinus
Purwamargapratala 2009 ). Tetapi masih dalam orde mikro. Pada penelitian ini
penulis superkonduktor Yba2CuO7
(YBCO 123) dengan menggunakan regulasi elektron dan menggunakan metode High
Energy Milling (HEM).
Salah satu metode yang dapat
dikembangkan dalam fabrikasi partikel nano Yba2CuO7
(YBCO 123) adalah dengan metode high
energy milling (HEM). High energy milling merupakan teknik unik dengan
menggunakan energi tumbukan antara bola-bola penghancur dan dinding chamber
yang diputar dan digerakkan dengan cara tertentu. Nano partikel dengan cara ini
mencapai di bawah 10 nm (Ihsan, Y., 2006).
Keunggulan High Energy Milling adalah
dalam waktu yang relatif singkat dapat membuat nano partikel (memerlukan
beberapa jam, tergantung tipe alat), dapat membuat nano partikel dalam kondisi
atau suasana yang dinginkan saat proses milling, dan juga dapat menghasilkan
nano partikel dalam jumlah yang relatif banyak (Rochman, N.T., 2009,). Prosedur
penggilingan dengan High Energy Milling adalah serbuk homogen dimasukkan
kedalam sebuah chamber logam dengan beberapa bola baja didalamnya yang bergerak
berputar terus-menerus.
Diharapkan dengan adanya metode ini
memberikan solusi baru pada peneliti untuk meneliti bahan ini secara lanjut,
selain itu dengan penelitian bahan superkonduktor Yba2CuO7
(YBCO 123) dengan orde nano memberikan
aplikasi baru pada bidang teknologi kususnya.
II.
Tujuan
Berdasarkan pada
uraian pada latar belakang, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Mensintesis nano
material partikel Yba2CuO7 ( YBCO 123 ) dengan
reduksi geometri mengguanakan High Energy Milling ( HEM ).
2.
Mendapatkan bahan superkonduktor
denan ukuran nano, dan mengetahui resistivitas pada suhu yang bervariasi.
Kebrhasilan dalam peneelitian ini dimungkinkan dapat membuka peluang bagi
peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut sebagai langkah aplikasi.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Partikel nano Yba2CuO7 ( YBCO 123 )
Perkembangan
teknologi nanomaterial sudah mulai diaplikasikan hampir dalam semua bidang
ilmu. Tidak hanya dalam bidang rekayasa material, melainkan juga bidang genetika
dan rekayasa kimia. Hal ini disebabkan karena semakin kecil ukuran kristal
suatu material maka luas permukaanya akan semakin besar, sehingga material
dalam orde nanometer mempunyai jarak antar atom yang sangat kecil yang akan
memudahkan terjadinya reaksi antar atom (Af’idah, 2007).
Dengan luas
permukaan yang semakin besar, maka peluang untuk bereaksi lebih besar karena
setiap partikel yang bereaksi dengan partikel lain bergantung dari luasan
permukaannya, sehingga memberikan energi bebas permukaan yang lebih tinggi
untuk nanopartikel dibanding skala bulk, artinya reaksi respon lebih besar dan
kinerjanya lebih tinggi. Itu merupakan keunggulan material dalam skala nano
dibanding skala bulk (Ridwan, 2005). Juga material dalam ukuran
nanometer memiliki sifat-sifat yang lebih kaya karena menghasilkan beberapa
sifat yang tidak dimiliki oleh
material ukuran besar. Dan yang sangat menarik adalah sejumlah sifat tersebut dapat diubah-ubah dengan melalui
pengontrolah ukuran material,
pengaturan komposisi kimiawi, modifikasi permukaan, dan pengontrolan interaksi
antar partikel.
Mulai abad milenium atau 2000,
riset tentang penelitian nano partikel atau material berukuran nano memasuki
babak yang paling progesif. Berbagai
penemuan dalam skala nano terus bermunculan, setiap minggu muncul aplikasi –
apalikasi yang menakjubkan, hampir bisa dilihat beberapa artikel atau jornal
tentang alat – alat penemuan baru yang berukuran nano, seperti bidang
elektronik yang berukuran nano ( pengembangan divais dengan ukuran nanometer ),
dalam bidang kedokteran juga telah ditemukan peralatan baru pendeteksi penyakit
kanker berdasarkan pada interaksi antar sel kanker dengan partikel berukuran
nanometer, dalam bidang kesehatan diciptakan obat – obatan yang berukuran
beberapa nano agar cepat larut dalam tubuh dan tidak mengganggu sistem organ
lain yang normal, dan sebagainya.
Dalam gagasan penelitian kali
ini partikel Yba2CuO7 ( YBCO 123 ) penting untuk dilakukan dengan
keunggulan biaya produksi yang murah , cepat, sederhana, yang hasilnya lebih
baik dari segi morfologi dan mikrostruktur serta kemurnian fasenya dan tingkat
keberhasilan sintesis yang tinggi. Seperti yang telah diketahui bahwa Yba2CuO7 ( YBCO 123 ) telah diteliti dengan menggunakan
metode evaporasi ( Y. Purwamargapratala, dkk, 2010 ), metode kopresipitasi ( Y.
Purwamargapratala, 2009 ). Bahan Yba2CuO7 ( YBCO 123 ) ini adalah gabungan dari
beberapa senyawa yaitu Y2O3, BaCO3, CuO.
Untuk reaksi kesetimbangannya yaitu Y2O3 + 4 BaCO3
+ 6 CuO 2 YBa2Cu3O7
+ 4 CO2. Yba2CuO7 ( YBCO 123 ) ini memiliki struktur kristal
dari tetragonal ke ortorombik atau biasanya disebut perovskite. Struktur
kristal perovskite yaitu ABX3, maka kation Y dan Ba enempati kedudukan A, Cu
menempati kedududkan B, dan O menempati kedudukan O. Dengan demikian struktur Yba2CuO7 ( YBCO 123 ) bisa digambarkan seperti di
bawah ini.
Gambar 1. Struktur kristal
perovskit YBa2Cu3O7 (YBCO 123)
Gambar
di atas menunjukkan 2 atom Ba mengikuti perovskit yang menempati posisi di
pusat tetragonal. Atom Cu menempati setiap sudut dan atom O ditengah – tengah
rusuk. Diantara 2 lapisan perovskit tetragonal yang pusat ditempati oleh Y,
titik sudutnya ditempati oleh atom Cu dan terdapat 8 atom O. Dimensi
parameternya adalah a = 0, 382 nm, b = 0, 389 nm, c = 1, 168 nm ( Markus Diantoro, 2007: 100 ).
Kenapa
memilih YBa2Cu3O7 (YBCO 123) sebagai
penelitian berukuran nano?. Karena dalam penelitian – penelitian sebelunya
masih menggunakan orde mikro. Baik metode evapora ataupun kopresipitasi, selain
itu metode tersebut membutuhkan waktu lama dan cukup mahal ( Diantoro, 2009 ).
Reduksi
Geometri dan High Energy Milling ( HEM )
Reduksi
geometri bukanlah sebuah metode seperti evaporasi, solid state, kopresipitasi,
presipitasi, sol gel, maupun sonokimia, melainkan proses perubahan bahan dari
yang berskala mikro ke skala nano, yang biasanya disebut juga proses produksi
butir. Salah satu fabrikasi untuk mendapatkan bahan berskala nano adalah dengan
menggunakan metode high energy milling ( HEM ). High energy milling merupakan
teknikunik dengan menggunakan energi tumbukan antara bola-bola penghancur dan
dinding chamber yang diputar dan digerakkan dengan cara tertentu. Nano partikel
dengan cara ini mencapai di bawah 10 nm (Ihsan, Y., 2006).
High
energy milling ini memilki keunggulan yaitu dapat bekerja dengan lebih cepat
hanya beberapa jam sudah dapat membuat nano partikel ( tergantung dari tipe
alat ), dapat membuat nano partikel dalam kondisi atau suasana yang dinginkan
saat proses milling, dan juga dapat menghasilkan nano partikel dalam jumlah
yang relatif banyak (Rochman, N.T., 2009,). Prosedur penggilingan dengan high
energymilling adalah serbuk homogen yang dimasukkan ke dalam chamber logam yang
di dalamnya terdapat bola – bola baja yang berputar terus- menerus. Bola di
dalam chamber tersebut akan saling bertumbukan, akibat proses inilah akan
serbuk yang ada di dalam chamber akan ikut bertumbukan terus yang mengakibatkan
partikel tersebut akan pecah. Begitu seterusnya hingga mencapai ukuran yang
diinginnkan (Ozkaya, T, 2008). Metode ini dapat dilakukan pada suhu rendah,
waktu yang relatif cepat, serta dengan peralatan yang sederhana.
Solusi
yang Sudah Pernah Dilakukan
Selama beberapa dekade
penelitian dilakukan dengan reduksi bahan dengan orde mikro. Memasuki abad 21
banyak penelitian yang mulai menggunakan orde nano. Bahan YBa2Cu3O7
(YBCO 123 ) merupakan bahan superkonduktor yang sering diteliti oleh
banyak peneliti dengan menggunakan berbagai metode diantaranya metode
evaporasi, kopresipitasi, presipitasi pada tahun 2009 – 2010 oleh Y.
Purwamargapratala, dkk yang menghasilkan produk berskala mikro. Pada penelitian
kali ini bahan superkonduktor YBa2Cu3O7 (YBCO
123 ) akan diteliti dengan reduksi geometri menggunakan metode High Energy
Milling ( HEM ) yang menghasilkan produk berskala nano yang belum pernah
dilakukan oleh peneliti sebelumnya karena alat ini masih tergolong masih baru
di Indonesia. Hal inilah yang mendasari penulis untuk segera melakukan
penelitian ini. Sehingga bisa diaplikasikan pada bidang teknologi.
Kehandalan
Gagasan
Berbagai penelitian
untuk mensintesis bahan dengan produk akhir berorde nano gencar dilakukan oleh
banyak peneliti. Begitu juga dengan penelitian material superkonduktor berorde
nano untuk menghasilkan produk teknologi yang mempunyai volume lebih kecil dan
hemat energi. Namun menjadikannya sama dengan material berorde mikro. Salah
satu upaya penelitian untuk menghasilkan material berorde nano dengan metode
metalurgi serbuk, dengan menggunaka High Energy Millng ( HEM ). Metode
Metalurgi serbuk menunjukkan metode yang efektif untuk menciptakan material
berpori terbuka, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan superkonduktor. Alat
High Energy Millng merupakan alat penggerus bahan secara otomatis dengan
kecepatan mencapai 1200 rpm.
Selain itu, dengan menggunakan metode ini
biaya produksi untuk menghasilkan bahan berorde nano lebih cepat dan
menggunakan biaya yang relatif murah. Bahan YBa2Cu3O7
(YBCO 123 ) merupakan bahan superkonduktor. Penggunaan YBa2Cu3O7
(YBCO 123 ) sebagai bahan
superkonduktor ini merupakan langkah pemanfaatan dan peningkatan nilai jual
bahan superkonduktor. Dengan mereduksi dari ukuran butir mikro ke nano,
diharapkan superkonduktor YBa2Cu3O7 (YBCO 123
) memiliki kekerasan dan superkonduktivitas yang tinggi, dan material
superkonduktor yang lebih berkualitas.
Pihak
–Pihak yang Terkait
Proses
sintesis dan karakterisasi bahan, struktur kristal dengan difraksi sinar-X, temperatur
kritis dengan metode 4 tititk probe ( four point probe method) menggunakan meliputi pengamatan struktur
mikro dan uji kekerasan dilakukan di laboraturiam fisika material Universitas
Negeri Malang. Jl. Semarang 5 Sumbersari – Malang. Perusahaan elektronika,
sehingga produk yang dihasilkan dapat disosialisasikan secara maksimal.
Strategi
Penerapan
Pada
penelitian ini sintesis yang digunakan dalam pemaduan senyawa Y2O3, CuO, BaCO3
adalah metode metalurgi dengan menggunakn alat kusus menggunakan High Energy Milling (HEM ), karena alat
ini dapat mereduksi bahan sampai orde nano. Metode analisis dalam penelitian
ini bersifat kuantitaif yang digunakan untuk pengukuaran kekeran dan
resistivitas. Sedangkan pada pengamatan struktur mikro metode analisis dalam
penelitian ini bersifat kualitatif untuk pengukuran butiran.
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode
Penelitian
Peralatan dan Bahan
Peralatan yang
digunakan dalam sintesis bahan YBa2Cu3O7 (YBCO
123 ) melalui metode metalurgi serbuk ini antara lain:
a) Neraca Mettler Toledo
b) Oven/ pamanas, Furnace dan Gas argon
c) Mortar, spatula dan penggerus
elektrik
d) Botol air mineral dan cawan kaca
e) High Energy Milling (HEM)
f) Mesin kompaksi semi otomatis
g) Mikroskop
optic
h) Mikrovickers
i) set four point probe
j) Difraksi sinar-x
Beberapa software yang digunakan
untuk keperluan karakterisasi dan
analisis data diantaranya:
a)
Convert: digunakan untuk mengkonversi data dari mesin X-RD ke mesin format data
yang bisa dibaca oleh program GSAS.
b)
GSAS: suatu perangkat lunak yang digunakan untuk analisis struktur kristal
secara umum.
c)
EXPGUI: digunakan untuk mempermudah pengendalian proses iterasi GSAS.
Bahan
yang digunakan dalam sintesis bahan YBa2Cu3O7 (YBCO
123 ) melalui metode metalurgi serbuk ini antara lain:
a) Y2O3
b) BaCO3
c) CuO
d) Metanol
Prosedur Penelitian
Dalam
penelitian ini metode yang digunakan adalah metalurgi serbuk dengan menggunakan
metode high energy millng ( HEM ). Penulis memilih metode ini karena bahan yang
digunakan berbentuk serbuk, selin itu alat ini bisa mereduksi bahan sampai orde
nano. Ketika ukuran butir lebih kecil diharapkan kekerasan dari bahan semakin
bertambah.
Proses
awal sebelum menggunakan metode high energy milling (HEM), dilakukan terlebih
dahulu pencampuran bahan Yba2CuO7
(YBCO 123) untuk mendapatkan campuran CuO, Y2O3,
BaCO3 dengan rasio mol sebagai berikut:
Setelah
semua bahan tercampur dilakukan penggerusan
elektrik, kalau tidah ada penggerus elektrik bisa menggunakan pengerus
biasa yaitu menggunakan mortal dan pastel selama 8 – 9 jam. Jika penggerusan
dilakukan dengan menggunakan teknk sederhana, usahakan mortal dalam keadaan
licin agar serbk bahan tidak ada yang menempel dan menggunakan metanol agar
serbuk lebih tercampur. Kemudian bahan yang sudah melalui proses penggerusan
dipirolisis dengan menggunakan furnance nabertherm pada suhu konstan 300° C
selama 8 jam. Karena bahan yang dihasilkan
tidak dalam bentuk serbuk tetapi dalam bentuk campuran yang lembek, sehingga
perlu dilakukan pemanasan agar semua air yang terkandung dalam bahan dapat
menguap dan diperoleh bahan dalam bentuk padatan. Bahan yang sudah berbentuk
padatan digerus kembali menggunakan high energy milling ( HEM ). Penggerusan dengan
menggunakan High Energy Milling ( HEM
) agar diperoleh bahan dengan skala nano. Penggerusan dilakukan dengan
memvariasi lama waktu yaitu 4 jam, 8 jam, dan 12 jam dengan kecepatan 1200 rpm.
Setelah
bahan melalui proses penggerusan menggunakan High Energy Milling ( HEM ) bahan
tersebut dikompaksi dalam pelet setebal 1 mm. Karakterisasi resistivitas untuk
pengujian bahan superkonduktor dengan menggunakan metode empat titik probe
(four point probe) dan mengukur temperatur dari sampel menggunaka alat Leibold Didactic GMBH 666 205.
Karakterisasi fasa yang terkandung dalam bahan superkonduktor tersebut
menggunakan XRD adalah alat XRD 6000.
Skema proses
sintesis bahan adalah sebagai berikut:
Y2O3
|
BaCO3
|
CuO
|
YBa2Cu3O7
|
|
|
|
Analisis
dan pembahasan
|
Karakterisasi
XRD
|
Karakterisasi
four point probe
|
Gambar
3: Skema proses sintesis bahan YBa2Cu3O7
Metode
Karakteriasi
Metode karakterisasi yang digunakan
dalam penentuan resistivitas adalah dengan menggunakan metode Four Point-Probe (FPP). Penentuan nilai
resistivitas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu (Direct Curent) dan
AC (Alternative Curent). Penelitian ini menggunakan arus AC pada Four Point-Probe. Bahan yang sudah
terbentuk pelet di tempelkan pada set four point probe yang terbuat dari bahan
indium. Setelah keempat terminal itu menempel pada salah satu muka sampel,
kemudian sampel itu dihubungkan dengan sumber arus searah melalui kedua
terminal yang paling ujung, dan dihubungkan ke
potensiometer
(untuk mengukur beda potensial) melalui dua terminal yang ditengah. Untuk lebih
jelasnya perhatikan Gambar 2 di bawah ini.
Dengan menggunakan metode Four Point Probe, sehingga akan diperoleh nilai V dan I. Dengan
menggunakan Hukum Ohm: V= IR, maka akan diperoleh nilai Resistansi.
Pengujian sampel dengan menggunakan alat
karena tidaka ada gangguan arus maaupun tegangan dari alat ini sendiri.
Metode
yang digunakan untuk karakterisasi selanjutnya adalah dengan menggunakan XRD. Uji XRD digunakan
untuk mengetahui identifikasi fasa yang terkandung dalam bahan superkonduktor
tersebut. Sehingga dapat digunakam untuk membuktikan bahwa bahan superkonduktor
ini termasuk ke dalam bahan superkonduktor atau tidak.
KESIMPULAN
High Energy Milling merupakan metode
yang bisa mereduksi bahan dari ukuran mikro ke ukuran nano. Seperti bahan YBa2Cu3O7
(YBCO 123) yang sudah diteliti oleh banyak teliti tetapi hasil yang
diperoleh dalam orde mikro. Krena bahan ini sulit untuk diteliti dengan metode
lain, terbukti dengan belum adanya produk dari bahan YBa2Cu3O7
(YBCO 123) yang hasil akhir berorde nano. Hal inilah yang didasarkan
penulis umtuk menggunakan metode High Energy Milling (HEM) ini dan atas
referensi dari penulis.
Produk
yang dihasilkan dari bahan YBa2Cu3O7 (YBCO 123)
menghasilkan kabel listrik berukuran nano yang dapat diaplikasikan sebagai bahan
penghantar arus atau alat teknologi. Penelitian lebih lanjut bahan ini dengan
cara kerjasama dengan pihak-pihak tertentu seperti Laboratorium Material Fisika
Universitas Negeri Malang, penelitian BATAN dan perusahaan elektronik untuk
mensosialisasi hasil yang diperoleh.
Bahan YBa2Cu3O7
(YBCO 123) merupakan bahan superkonduktor yang fungsi sederhananya bisa
digunakan sebagai kabel listrik, maka akan menghasikan energi listrik yang
hemat energi karena tidak resitivitas (ρ =0
). Sehingga bila
diperoleh superkonduktor berukuran nano, diharapkan memilikimanfaat yang lebih
luas dibanding sebelumnya, terutama dalam bidang elektronika. Selain sebagai
kabel listrik.
DAFTAR PUSTAKA
Cyrot, Michel. 1992. Introduction To Superconductivity And High
–Tc Materials. World Scientific Publishing. Singapore.
Rahayuningsih, Tri.2005. Mekanisme Kebocoran Arus Pada Film Tipis
Kapasitor Pt / (Ba0,7,Sr0,3 ) TiO3 / YBCO Dalam Temperatur Rendah.Skripsi
S1 Fisika FMIPA. Universitas Negeri Malang.
Diantoro, Markus. 2007. Superkonduktor. Fisika FMIPA.
Universitas Negeri Malang.
Yulianti, Tatik. 2010. Sintesis Superkonduktor Bpscco/Ag Menggunakan
Metode Padatan.Skripsi S1
Fisika FMIPA. Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Idayati, Elys. Perbandingan Hasil Sintesis Oksida Perovskit La1-Xsrxcoo3-Δ Dari Tiga
Variasi Metode (Sol-Gel, Solid-State, Kopresipitasi). Portovolio. 2010. www.
Portovolio.com.
Marlianto,
Eddy.2008. Metode Ultrasonik Pada Bahan
Superkonduktor Suhu Tinggi. Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap. FMIPA
Universitas Sumatera Utara. Medan.
Herhady ,R.
Didiek,& R. Sukarsono.2007. Pengaruh Suhu Dan Waktu
Sintering Terhadap Kualitas Bahan Bakar Kernel Uo2 Dalam Furnace Jenis Fluidized Bed.Jornal Pusat Teknologi Akselerator dan Proses
Bahan. Jakarta.
Komentar
Posting Komentar