CARA MENGHITUNG JANGKA SORONG DAN MIKROMETER SEKRUP
PENGGUNAAN JANGKA SORONG DAN MIKROMETER SEKRUP
Hi guys, kali ini
saya akan mambahas mengenai jangka sorong. Pasti sudah pernah lihat kan di
sekolah? Ada yang tau cara menggunakannya? Weits, kalo belum tidak perlu
khawatir. Pelajari dengan cermat penjelasan berikut ini!
Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan pengukuran dengan
menggunakan jangka sorong, yaitu:
·
Sebelum melakukan
pengukuran bersihkan jangka sorong dan benda yang akan diukurnya.
·
Sebelum jangka
sorong digunakan, pastikan skala nonius dapat bergeser dengan bebas.
·
Pastikan angka “0”
pada kedua skala bertemu dengan tepat.
·
Sewaktu mengukur
usahakan benda yang diukur sedekat mungkin dengan skala utama. Pengukuran
dengan ujung gigi pengukur menghasilkan pengukuran yang kurang akurat.
·
Tempatkan jangka
sorong tegak lurus dengan benda yang diukur.
·
Tekanan pengukuran
jangan terlampau kuat, karena akan menyebabkan terjadinya pembengkokan pada
rahang ukur maupun pada lidah pengukur kedalaman. Jika sudah pas, kencangkan
baut pengunci agar rahang tidak bergeser, tetapi jangan terlalu kuat karena
akan merusak ulir dari baut pengunci.
·
Dalam membaca skala
nonius upayakan dilakukan setelah jangka sorong diangkat keluar dengan
hati-hati dari benda ukur.
·
Untuk mencegah
salah baca, miringkan skala nonius dampai hampir sejajar dengan bidang
pandangan, sehingga akan memudahkan dalam melihat dan menentukan garis skala
nonius yang segaris dengan skala utama.
·
Untuk mencegah
karat, bersihkan jangka sorong dengan kain yang dibasahi oleh oli setelah
dipakai.
Berikut
adalah beberapa contoh penggunaan jangka sorong dalam pengukuran dimensi benda
ukur.
Gambar 3.14 Pengukuran dengan jangka sorong bagian
luar dan dalam
Gambar 3.15
Jangka sorong digunakan untuk mengukur kedalaman
Gambar-gambar berikut adalah gambar-gambar yang
menunjukkan bagaimana cara mengukur benda ukur dengan menggunakan jangka
sorong.
Gambar 3.16
Cara menggunakan jangka sorong dalam mengukur bagian
luar benda ukur
Gambar 3.17
Posisi rahang jangka sorong terhadap benda ukur
Gambar 3.18
Cara pengukuran bagian dalam dengan menggunakan jangka
sorong
Gambar 3.19
Cara pengukuran kedalaman dengan menggunakan jangka
sorong
1.
Cara pembacaan jangka sorong untuk satuan metris
a.
cara pembacaan jangka sorong dengan nonius puluhan
Dari
gambar di atas diperoleh hasil pengukuran sebesar 31,4 mm, yakni diperoleh
dari:
31
+ 4(0,1) = 31,4
(A)
(B)
b.
Cara pembacaan jangka sorong dengan nonius dua puluhan
c.
Cara pembacaan jangka sorong dengan nonius lima puluhan
2.
Cara pembacaan jangka sorong untuk satuan inchi
Dalam
paparan ini hanya akan disajikan cara pembacaan jangka sorong untuk sauan inchi
dengan tingkat ketelitian 1/128 inchi.
Dari
gambar di atas diperoleh hasil pengukuran sebesar 4 1/32” yakni diperoleh dari:
4
+ 6/8 + 2(1/128) = 4 + 22/128 + 2/128
4
+ 24/128 = 4 1/32
Cara Membaca Mikrometer Sekrup
Cara
membaca mikrometer sekrup
Gambar
Mikrometer Sekrup (Sumber gambar: ready1985.blogspot.com)
Mikrometer
Sekrup digunakan untuk mengukur ketebalan suatu benda. Mikrometer sekrup
mempunyai 2 skala , yaitu: skala utama dan skala nonius (skala putar).
Lihatlah gambar dibawah ini!
gambar
1 (sumber gambar: racheldigdo.blog.com)
Mikrometer
sekrup memiliki ketelitian hingga 0,01 mm= 0,001 cm.
Cara
membacanya (ketebalannya):
d=
Skala Utama + Skala Nonius
ket:
skala
nonius x 0,01 mm(karena memiliki ketelitian 0,01 mm)
d=
Ketebalan benda (mm)
–
Dalam membaca Skala utama lihatlah angka terakhir yang tidak ditutupi oleh
pemutar. Misal angka terakhirnya 4 maka nilai skala utamanya 4 mm.
–
Dalam membaca Skala nonius lihat angka yang ditunjuk oleh skala utama(yang
berada pada tengah-tengah). satu garisnya bernilai 0,01 mm. dimana x-nya angka
yang ditunjukknya. misal angka yang ditunjuknya 35 maka nilainya 35×0,01 mm.
contoh
:
contoh
1
Lihat
gambar dibawah ini!
gambar
2 (Sumber gambar:fisikamanbaureno.wordpress.com)
d=
Skala utama+ Skala nonius
Skala
utama= 3,5 mm
Skala
nonius= 20 x 0,01=0,2 mm
d=
3,5 mm + 0,2 mm = 3,7 mm
contoh
2:
Lihat
gambar dibawah ini!
Gambar
3 (sumber gambar: racheldigdo.blog.com)
d=
Skala utama + Skala Nonius
Skala
utama= 6,5 mm
Skala
nonius= 9 x 0,01 =0,09 mm
d=
6,5 mm + 0,09 mm = 6,59 mm
Angka Penting, Pengoperasian & notasi ilmiah.
Dalam fisika sering dijumpai biangan yang sangat kecil atau sangat
besar. Sebagai contoh misalkan massa elektron kira-kira
0,0000000000000000000000000000000911 kg tentunya untuk membaca itu kita akan
merasa kesulitan menyebutkannya. Ada cara mudah untuk menuliskan bilangan
tersebut yaitu dengan notasi ilmiah. Notasi ilmiah adalah cara menuliskan suatu
bilangan balam bentuk sebagai berikut:
a,… x 10n
keterangan:
a = bilangan asli dari 1 sampai 9 (bilangan penting)
n = pangkat bilangan bulat (orde)
berdasarkan cara tersebut maka massa elektron dapat ditulis 9,11 x
10-31.
Selain dengan notasi ilmiah bisa juga kita menggunakan awalan
untuk bilangan 10n. Misal, 109 biasa disebut dengan
“giga” jadi bilangan 2 x 109 bisa juga ditulis 2 giga.
Angka Penting
Hasil pengukuran yang telah Anda lakukan dengan menggunakan alat
ukur adalah nilai data hasil pengukuran. Nilai ini berupa angka-angka dan
termasuk angka penting. Jadi, definisi dari angka penting adalah semua angka
yang diperoleh dari hasil pengukuran, termasuk angka terakhir yang ditaksir
atau diragukan. Angka-angka penting ini terdiri atas angka-angka pasti dan satu
angka taksiran yang sesuai dengan tingkat ketelitian alat ukur yang digunakan.
Semua angka-angka hasil pengukuran adalah bagian dari angka
penting. Namun, tidak semua angka hasil pengukuran merupakan angka penting.
Berikut ini merupakan aturan penulisan nilai dari hasil pengukuran.
a. Semua angka bukan nol merupakan angka penting. Jadi, 548
memiliki 3 angka penting dan 1,871 memiliki 4 angka penting.
b. Angka nol yang terletak di antara dua angka bukan nol termasuk
angka penting. Jadi, 2,022 memiliki 4 angka penting.
c. Angka nol yang terletak di sebelah kanan tanda koma dan angka
bukan nol termasuk angka penting.
d. Angka nol yang terletak di sebelah kiri angka bukan nol, baik
yang terletak di sebelah kiri maupun di sebelah kanan koma desimal, bukan angka
penting.
Jadi, 0,63 memiliki 2 angka penting dan 0,008 memiliki 1 angka
penting. Hal ini akan lebih mudah terlihat jika ditulis 63 × 10–2 dan
8 × 10–3. Dalam penulisan hasil pengukuran, ada kalanya terdapat
angka yang digarisbawahi. Tanda garis bawah ini menunjukkan nilai yang
diragukan. Angka yang digarisbawahi termasuk angka penting, tetapi angka
setelah angka yang diragukan bukan angka penting. Jadi, 3541 memiliki 3 angka
penting dan 501,35 memiliki 4 angka penting.
Operasi Angka Penting
Untuk menyelesaikan operasi bilangan yang melibatkan angka
penting, diterapkan beberapa aturan yang sedikit berbeda dengan operasi
bilangan biasanya. Sebelum membahasnya lebih lanjut, kita harus tahu prinsip
pembulatan angka terlebih dahulu.
1) Pembulatan Angka
Pembulatan angka ini sering digunakan dalam materi-materi
selanjutnya. Aturan dalam pembulatan angka penting adalah sebagai berikut.
a. Angka lebih dari 5 dibulatkan ke atas dan angka kurang dari 5
dihilangkan.
Contoh: 456,67 dibulatkan menjadi 456,7
456,64 dibulatkan menjadi 456,6
b. Apabila tepat angka 5, dibulatkan ke atas jika angka sebelumnya
angka ganjil, dan dihilangkan jika angka sebelumnya angka genap.
Contoh: 456,65 dibulatkan menjadi 456,6
456,55 dibulatkan menjadi 456,6.
2) Penjumlahan dan Pengurangan Angka Penting
Operasi penjumlahan dan pengurangan angka penting mengikuti
aturan:
Penulisan hasil operasi penjumlahan dan pengurangan mengikuti
jumlah angka taksiran yang paling sedikit dan pembulatan dilakukan sekali saja.
3) Perkalian dan Pembagian Angka Penting
Operasi perkalian dan pembagian mengikuti aturan sebagai berikut.
Jumlah angka penting pada hasil akhir harus mengikuti jumlah angka
penting yang paling sedikit.
Untuk perkalian dan pembagian angka penting dengan angka eksak,
hasil akhir mengikuti jumlah angka penting tersebut.
ATURAN PERKALIAN DAN PEMBAGIAN
DENGAN ANGKA PENTING :
Hasil akhir dari
perkalian atau pembagian harus memiliki jumlah
angka penting paling sedikit yang digunakan dalam perkalian atau pembagian
tersebut…
Contoh perkalian :
Contoh 1 :
2,55
ada 3 AP
2,5 x
ada 2 AP. Jadi hasilnya harus ditulis dalam 2 angka
penting
Hasil
perkalian awal adalah 6,375. Kita lihat ada 4 AP, hasil yang harus dilaporkan
adalah harus ada 2 AP, jadi hasil ini harus dibulatkan menjadi 6,4 (2 AP)
Contoh 2:
33,564
ada 5 AP
1,23 x
ada 3 AP Jadi hasilnya harus ditulis dalam 3 angka penting
Hasil
perkalian awal adalah 41,28273. Kita lihat ada 7 AP, hasil yang harus
dilaporkan cukup 3 AP saja, jadi hasil ini harus dibulatkan menjadi 41,3 (3 AP)
Contoh pembagian :
Contoh 1 :
1,0 : 3,0 = …. ?
(angka penting paling sedikit ada 2 AP)
Kalo anda
pakai kalkulator maka hasilnya adalah 0,3333333333…
harus
dibulatkan hingga hanya ada dua angka penting :
1,0 : 3,0 = 0,33 (dua
angka penting, yakni 3 dan 3)
Ketentuan penjumlahan dan
pengurangan angka penting :
Dalam
penjumlahan atau pengurangan, hasilnya tidak
boleh lebih akurat dari angka yang paling tidak akurat/teliti. Banyak atau sedikitnya
angka penting dalam hasil penjumlahan atau pengurangan gak ngaruh…
Contoh 1 :
3,7 – 0,57 =
… ? (nilai 3,7 paling tidak akurat/teliti daripada 0,57)
Kalau pakai
kalkulator, hasilnya adalah 3,13. Hasil ini lebih akurat dari 3,7 karenanya
harus dibulatkan menjadi : 3,1
3,7 – 0,57 =
3,1
Contoh 2 :
10,24 +
32,451 = …… ? (10,24 paling tidak akurat/teliti daripada 32,451)
Kalau pakai
kalkulator, hasilnya adalah 42,691. Hasil ini lebih akurat dari 10,24 karenanya
harus dibulatkan menjadi : 42,69
10,24 +
32,451 = 42,69
Contoh 3 :
10,24 +
32,457 + 2,6 = …. ? (2,6 paling tidak akurat dibanding nilai lainnya)
Kalau
dijumlahkan maka hasilnya adalah 45,297. Hasil ini lebih akurat dari 2,6
karenanya harus dibulatkan menjadi : 45,3
10,24
+ 32,457 + 2,6 = 45
Komentar
Posting Komentar