KIMIA KELAS XII SEMESTER 1 KOLOID, SUSPENSI DAN LARUTAN SEJATI
KOLOID, SUSPENSI
DAN LARUTAN SEJATI
Sebelumnya kita sudah belajar tentang larutan, campuran
yang homogen antara dua macam zat atau lebih. Pada bab ini, kita akan
mempelajari koloid. Sistem koloid sebenarnya terdiri atas dua fase, yaitu fase
terdispersi dengan ukuran tertentu dalam medium pendispersi. Zat yang
didispersikan disebut fase terdispersi sedangkan sedangkan medium yang
digunakan untuk mendispersikan disebut medium pendispersi.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering
bersinggungan dengan sistem koloid sehingga sangat penting untuk dikaji.
Sebagai contoh, hampir semua bahan pangan mengandung partikel dengan ukuran
koloid, seperti protein, karbohidrat, dan lemak. Emulsi seperti susu juga
termasuk koloid. Dalam bidang farmasi, kebanyakan produknya juga berupa koloid,
misalnya krim, dan salep yang termasuk emulsi.
Dalam industri cat, semen, dan industri karet
untuk membuat ban semuanya melibatkan sistem koloid. Semua bentuk seperti spray
untuk serangga, cat, hair spray, dan sebagainya adalah juga koloid. Dalam
bidang pertanian, tanah juga dapat digolongkan sebagai koloid. Jadi sistem
koloid sangat berguna bagi kehidupan manusia.
Contoh larutan,
koloid, dan suspensi
Tabel
Perbandingan sifat antara larutan, koloid, dan suspensi
SISTEM DISPERS
A. Dispersi kasar
(suspensi) : partikel zat yang didispersikan berukuran lebih besar dari 100 nm.
(suspensi) : partikel zat yang didispersikan berukuran lebih besar dari 100 nm.
C. Dispersi molekuler
(larutan sejati) : partikel zat yang didispersikan berukuran lebih kecil dari 1 nm.
(larutan sejati) : partikel zat yang didispersikan berukuran lebih kecil dari 1 nm.
Sistem koloid pada hakekatnya terdiri atas
dua fase, yaitu fase terdispersi dan medium pendispersi. Zat yang didispersikan
disebut fase terdispersi sedangkan medium yang digunakan untuk mendispersikan
disebut medium pendispersi.
MACAM DAN SIFAT KOLOID
JENIS KOLOID
Sistem koloid digolongkan berdasarkan pada
jenis fase terdispersi dan medium pendispersinya.
- koloid yang mengandung fase terdispersi
padat disebut sol.
- koloid yang mengandung fase terdispersi cair disebut emulsi.
- koloid yang mengandung fase terdispersi gas disebut buih.
- koloid yang mengandung fase terdispersi cair disebut emulsi.
- koloid yang mengandung fase terdispersi gas disebut buih.
PENGELOMPOKAN KOLOID
Berdasarkan pada fase terdispersi dan medium
pendisfersinya, sistem koloid dapat
digolongkan sebagaimana seperti dalam berikut.
Tabel
Jenis-jenis koloid
Macam-macam Koloid
- Aerosol : suatu sistem koloid, jika partikel padat atau cair terdispersi dalam gas. Contoh : debu, kabut, dan awan.
- Sol : suatu sistem koloid, jika partikel padat terdispersi dalam zat cair.
- Emulsi : suatu sistem koloid, jika partikel cair terdispersi dalam zat cair.
- Emulgator : zat yang dapat menstabilkan emulsi dan (Sabun adalah emulgator campuran air dan minyak dan Kasein adalah emulgator lemak dalam air?.
- Gel : koloid liofil yang setengah kaku.
- Gel terjadi jika medium pendispersi di absorbs oleh partikel koloid sehingga terjadi koloid yang agak padat. Larutan sabun dalam air yang pekat dan panas dapat berupa cairan tapi jika dingin membentuk gel yang relatif kaku. Jika dipanaskan akan mencair lagi.
Contoh
koloid
SIFAT-SIFAT KOLOID
a. Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah efek penghamburan cahaya oleh partikel koloid.
Efek Tyndall adalah efek penghamburan cahaya oleh partikel koloid.
Efek Tyndall merupakan satu bentuk sifat
optik yang dimiliki oleh sistem koloid. Pada tahun
1869, Tyndall menemukan bahwa apabila suatu berkas cahaya dilewatkan pada
sistem koloid maka berkas cahaya tadi akan tampak. Tetapi apabila berkas cahaya
yang sama dilewatkan pada dilewatkan pada larutan sejati,
berkas cahaya tadi tidak akan tampak. Singkat kata efek Tyndall merupakan efek
penghamburan cahaya oleh sistem koloid.
Pengamatan mengenai efek Tyndall dapat
dilihat pada gambar
Efek Tyndal
koloid
Hamburan
cahaya oleh koloid
Dalam kehidupan sehari-hari, efek Tyndall
dapat kita amati seperti:
- Di bioskop, jika ada asap mengepul maka cahaya proyektor akan terlihat lebih terang.
- Di daerah berkabut, sorot lampu mobil terlihat lebih jelas
- Sinar matahari yang masuk melewati celah ke dalam ruangan berdebu, maka partikel debu akan terlihat dengan jelas.
Hamburan
cahaya oleh asap
Pengamatan ini dapat dilakukan dengan
melakukan percobaan sebagai berikut:
Alat dan Bahan :
- 1 buah senter
- 10 ml air + pasir
- 10 ml air gula
- 10 ml air sabun
- 10 ml koloid Fe2O3
- 10 ml sol Fe(OH)3
- 10 ml susu
- 10 ml tinta
- 8 buah tabung reaksi
- 1 buah rak tabung reaksi
Cara Kerja :
- Menyiapkan 10 ml suspensi, larutan dan koloid, seperti yang tertera pada alat dan bahan, pada tabung reaksi yang berbeda, diaduk rata, didiamkan sebentar. Kemudian mengamati apakah zat tersebut homogen/heterogen dan stabil atau tidak selama didiamkan.
- Menyinari dan mengarahkan sinarnya pada masing-masing tabung reaksi dengan menggunakan senter.
- Mengamati apakah berkas sinarnya dihamburkan atau tidak oleh larutan atau koloid tersebut dan mencatat hasilnya.
- Menyaring campuran tersebut, dan mengamati mana yang meninggalkan residu.
Tabel hasil
pengamatan
b. Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerak acak, gerak tidak beraturan dari partikel koloid.
Gerak Brown adalah gerak acak, gerak tidak beraturan dari partikel koloid.
Robert Brown
Sistem koloid juga mempunyai sifat kinetik
selain sifat optic yang telah dijelaskan diatas. Sifat kinetik ini dapat
terjadi karena disebabkan oleh gerakan termal dan gravitasi. Dua hal ini
menyebabkan sistem koloid dapat bergerak zig-zag. Gerakan ini pertama ditemukan
oleh seorang ahli biologi yang bernama Robert Brown yang melakukan pengamatan
pada serbuk sari dengan menggunakan mikroskop, sehingga dinamakan gerak Brown.
Pengamatan mengenai gerak Brown dapat dilihat
pada gambar dibawah.
Gerak Brown
c. Adsorbsi
Beberapa partikel koloid mempunyai sifat adsorbsi (penyerapan) terhadap partikel atau ion atau senyawa yang lain. Penyerapan pada permukaan ini disebut adsorbsi (harus dibedakan dari absorbsi yang artinya penyerapan sampai ke bawah permukaan).
Contoh :
(i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+.
(ii) Koloid As2S3 bermuatan negatit karena permukaannya menyerap ion S2.
Beberapa partikel koloid mempunyai sifat adsorbsi (penyerapan) terhadap partikel atau ion atau senyawa yang lain. Penyerapan pada permukaan ini disebut adsorbsi (harus dibedakan dari absorbsi yang artinya penyerapan sampai ke bawah permukaan).
Contoh :
(i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+.
(ii) Koloid As2S3 bermuatan negatit karena permukaannya menyerap ion S2.
Koloid
Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+
Koloid
As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion
S2-
d. Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid.
Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid.
Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.
Koagulasi atau pengendapan/penggumpalan yang
disebabkan oleh gaya gravitasi akan terjadi jika sistem koloid dalam keadaan
tidak bermuatan. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan koloid bersifat
netral, yaitu:
- Menggunakan Prinsip Elektroforesis. Proses elektroforesis adalah pergerakan partikel-partikel koloid yang bermuatan ke elektrode dengan muatan yang berlawanan. Ketika partikel ini mencapai elektrode, maka sistem koloid akan kehilangan muatannya dan bersifat netral.
- Penambahan koloid lain dengan muatan yang berlawanan. Ketika koloid bermuatan positif dicampurkan dengan koloid bermuatan negatif, maka muatan tersebut akan saling menghilangkan dan bersifat netral.
- Penambahan Elektrolit. Jika suatu elektrolit ditambahkan pada sistem koloid, maka partikel koloid yang bermuatan negatif akan mengadsorpsi koloid dengan muatan positif (kation) dari elektrolit. Begitu juga sebaliknya, partikel positif akan mengadsorpsi partikel negatif (anion) dari elektrolit. Dari adsorpsi diatas, maka terjadi koagulasi.
- Pendidihan. Kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan tumbukan antar partikel-partikel sol dengan molekul-molekul air bertambah banyak. Hal ini melepaskan elektrolit yang teradsorpsi pada permukaan koloid. Akibatnya partikel tidak bermuatan.
e. Koloid Liofil dan Koloid Liofob
Koloid ini terjadi pada sol yaitu fase terdispersinya padatan dan medium pendispersinya cairan.
Koloid ini terjadi pada sol yaitu fase terdispersinya padatan dan medium pendispersinya cairan.
Koloid Liofil: sistem koloid yang affinitas fase
terdispersinya besar terhadap medium pendispersinya. Contoh: sol kanji,
agar-agar, lem, cat
Koloid Liofob: sistem koloid yang affinitas fase
terdispersinya kecil terhadap medium pendispersinya. Contoh: sol belerang, sol emas.
Sistem koloid
dimana fase terdispersinya mempunyai daya adsorbsi relatif lebih besar disebut
koloid liofil yang bersifat lebih stabil. Sedangkan jika partikel
terdispersinya mempunyai daya adsorbsi relatif lebih lemah disebut koloid
liofob yang bersifat kurang stabil. Sol liofil/liofob mudah terkoagulasi dengan
sedikit penambahan larutan elektrolit.
- Koloid liofil (suka cairan). Koloid dimana terdapat gaya tarik menarik yang cukup besar antara fase terdispersi dengan medium pendispersi. Contoh: kanji, sabun, dan deterjen.
- Koloid liofob (tidak suka cairan). Koloid dimana terdapat gaya tarik menarik antara fase terdispersi dengan medium pendispersi yang cukup lemah atau bahkan tidak ada sama sekali. Contoh, dispersi emas, belerang dalam air.
Perbedaan
antara sol liofil dan liofob
SISTEM KOLOID DALAM KEHIDUPAN
PEMISAHAN KOLOID
Elektroforesis
Telah disinggung pada pembahasan sebelumnya,
elektroforesis merupakan peristiwa pergerakan partikel koloid yang
bermuatan ke salah satu elektroda dalam suatu sistem sejenis elektrolisis.
Elektroforesis dapat digunakan untuk
mendeteksi muatan suatu sistem koloid. Jika koloid bergerak menuju elektroda
positif maka koloid yang dianalisa mempunyai muatan negatif. Begitu juga
sebaliknya, jika koloid bergerak menuju elektroda negatif maka koloid yang
dianalisa mempunyai muatan positif. Salah satu proses yang menggunakan sistem
elektroforesis adalah proses membersihkan asap dalam suatu industri dengan
menggunakan alat Cottrell. Penggunaan elektroforesis tidak hanya sebatas itu,
melainkan meluas untuk memisahkan partikel yang termasuk dalam ukuran koloid,
antara lain pemisahan protein yang mempunyai muatan yang berbeda.
Dialisis
Dialisis merupakan proses pemurnian suatu
sistem koloid dari partikel-partikel bermuatan yang menempel pada permukaan
Pada proses digunakan selaput Semipermeabel. Proses pemisahan ini didasarkan
pada perbedaan laju transport partikel. Prinsip dialisis digunakan dalam alat
cuci darah bagi penderita gagal ginjal, di mana fungsi ginjal digantikan oleh
dialisator.
Penyaringan Ultra
Penyaringan ultra digunakan untuk memisahkan
koloid melewati membran. Proses pemisahan ini didasarkan pada perbedaan tekanan
osmosis.
Rangkaian
untuk elektrolisis
Prinsip
dialisis
PEMBUATAN KOLOID
Kondensasi
Merupakan cara kimia. Prinsip umum:
Terjadinya kondensasi partikel molekular membentuk partikel koloid. Kondensasi
partikel → koloid
Reaksi kimia untuk menghasilkan koloid
meliputi:
2H2S(g) + SO2(aq)
→ 3S(s) + 2H2O(l)
FeCl3(aq) + 3 H2O(l)
→ Fe(OH)3(s) + 3 HCl(aq)
Reaksi Substitusi/Agregasi Ionik
2H3AsO3(aq) + 3H2S(g) → As2S3(s) + 6 H2O(l)
2H3AsO3(aq) + 3H2S(g) → As2S3(s) + 6 H2O(l)
Reaksi Penggaraman
Dispersi
Dapat dilakukan dengan cara mekanik maupun
dengan cara kimia. Prinsip umum : Partikel Besar → Partikel Koloid
Yang termasuk cara dispersi:
Cara Mekanik
Cara ini dilakukan dari gumpalan partikel
yang besar kemudian dihaluskan dengan cara penggerusan atau penggilingan.
Cara Busur Bredig
Digunakan untuk membuat sol-sol logam dengan
loncatan bunga listrik. Instrument Busur Bredig dapat dilihat pada Gambar 6.12.
™Cara Peptisasi
Cara peptisasi adalah pembutan koloid dari
butir-butir kasar atau dari suatu endapan dengan bantuan pemeptisasi (pemecah).
Contoh :
- Agar-agar dipeptisasi oleh air ; Karet oleh bensin.
- Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S, Endapan Al(OH)3 olehAlCl3.
Busur Bredig
Komentar
Posting Komentar