Kristal v/s polikristal
KRISTAL
TUNGGAL V/S POLIKRISTAL
A.
Kristal tunggal mempunyai orientasi
Kristal tunggal dengan arah membujur, indeks Miller (hkl) yang terjadi pada
difraksi tunggal. Dengan cara memutar sudut hamburan 2θ dengan beasr dan arah yang sesuai. Sedangkan polikristal
mempunyai orientasi yang acak, kemungkinan munculnya bidang yang ada adalah
sama pada arah Kristal tertentu. Serta pengukurannya yang lebih sederhana hanya
dengan mengubah sudut hamburan 2θ yang perlu diatur. Namun
demikian,proses analisa lebih rumit karena timbulnya multiplisitas (kelipatan)
karena beberapa bidang (hkl)
bisa muncul secara berimpit pada pola difraksi.
B.
Metode pembuatan polikristal
1.
Metode
Tungku Brighman tegak
Metode yang digunakan untuk membuat
polikristal salah satunya adalah dengan menggunakan metoda tungku Bridgmann
tegak yang digunakan sebagai pembuatan film tipis dengan menggunakan bahan
polikristal AgGaSe2 yang merupakan senyawa untuk pembuatan sel surya.
Polikristal ini bisa ditumbuhkan dengan memanaskan bahan pada suhu temperatut
850°C kemudian didinginkan perlahan-lahan sampai temperatur kamar. Dihasilkan
zigot dengan panjang panjang lebih kurang 3 cm dan diameter 13 mm. Dengan
menggunakan XRD di dapatkan komposisi masing masing unsur berat % adalah Ag =
29,3996 %, Ga = 36,8123 % dan Se =30,29 % sedangkan pengukuran dengan X-Ray
Difraction didapatkan parameter kisinya dihitung a = 4,4112 Å, c = 8,8854 Å
dan c/a = 2,01426 8854 Å dan c/a = 2,01426.
Gambar 1. Tungku Brighman tegak
Gambar 2. Diagram fasa AgGaSe2
setalah di hitung parameter kisinya dengan menggunakan XRD
2. Metode
Spin coating
Spin
coating adalah metode yang digunakan untuk melapisi film tipis pada substat
rata, bahan yang dilarutkan diletakkan diatas substat, kemudian dengan rotasi
kecepatan tinggi. Larutan dideposisikan dengan gaya sentrifugal.
Gambar 3. Langkah
spin coating
Gambar 4. Spin
Coater
C.
Persamaan Avrami
Persamaan
avrami dibentuk berdasarkan bulk kristalisation dengan asumsi-asumsi kecepatan
pembentuk Kristal secara heterogen, kecepatan pertumbuhan yang linier dan etapa
terhadap waktu. Tidak terjadi pengurangan jumlah Kristal dan berlangsung secara
isothermal.
Persamaan
avrami dalam bentuk konversi fasa yang dapat terkristalkan
................................(1)
………………………(2)
Persamaan
2 memberikan asumsi bahwa pertumbuhan Kristal bola, pembentukan inti Kristal
dan pertumbuhannya tidak tetap. Pembentukan secara heterogen tidak mengalami
pengurangan jumlah partikel dan isothermal. Pada resim kristalisasi primer,
pembentukan inti dan pertumbuhannya secara silmultan, sedangkan pada
pertumbuhan resim sekunder hanya terjadi pertumbuhan Kristal saja
Dengan
k adalah pertumbuahan Kristal gabungan. Tetapan pertumbuhan gabungan k
tergantung merupakan parameter yang
besarnya tergantung pada suhu. Model-model yang didasarkan pada persamaan
avrami akan mengalami penyimpangan bila interaksi antar Kristal pada resim
kritalisasi resim sekunder tidak dapat diabaikan.
Kecepatan
pembentuk inti kristal
Kecepatan
pertumbuhan Kristal dengan resim kristalisai pertumbuhan primer.
Kecepatan
pertumbuhan Kristal dengan resim kristalisai pertumbuhan seknder
.......... ……………..(7)
Untuk
resim pertumbuhan sekunder bila
………………..(8)
D.
Persamaan Arrhenius
T=
temperature K
R=>
dari pV=Nrt joule per mole
Arhenius
awal
masing-masing sisi dikalikan dengan ln menjadi
persamaan
Arrhenius ini dapat dijadikan gambaran dari pengaruh
suhu,
ketika laju berlipat ganda, laju reaksi juga akan berlipat.
gaya foto mu nges
BalasHapus