THERMAL STRESS
A.
Latar
Belakang
Akibat dari sifat kerapuhan dan
konduktivitas termal yang rendah, keramik cenderung terpengaruh oleh tekanan
suhu (thermal shock). Seperti keramik akan pecah bila dikenakan suhu yang cukup
besar . Inilah alasannya kenapa tidak boleh menuangkan cairan yang panas
kedalam botol gelas yang dingin atau air panas ke dalam permukaan tabung
keramik yang panas. Pendinginan yang sangat cepat akan menyebabkan penyusutan
dan tekanan dapat meningkat. Jika tekanan terlalu besar keramik akan pecah .
Thermal Shock akan terbentuk ketika perubahan suhu tidak merata pada multiphase
atau anisotropi pada satu fasa. Jadi Thermal Shock terjadi pada keramik
polikristalin dengan struktur non-kubikyang melalui transformasi fasa atau
termasuk fasa kedua dengan karakterisasi perluasan suhu yang berbeda (
koefisien muai). Tekanan ini menghassilkan bentuk dari patahan mikro yang kecil
dan berpengaruh pada kekuatan dan keretakan pada keramik.
Pada kondisi tekanan terburuk tekanan
dapat menyebabkan tekanan total pada keramik . Disisi lain, Tekanan dapat
memeperkuat keramik atau gelas. Dalam kehidupa sehari-hari , prinsip thermal
properties ini diterapkan pada proses pergeseran logam (quenching), pelapisan
keramik pada dinding pesawat olang-aling
dan pada hal yang sederhana biasanya menggunakan keramik.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
tekanan Thermal yang terjadi ketika keramik diberi perlakuan panas?
2. Bagaimana
metode untuk menjelaskan fenomena ekspansi termal pada keramik?
3. Bagaimana
terjadinya thermal shock pada keramik?
4. Bagaimana
penurunan rumus untuk mendapatkan temperature kritis ?
5.
Faktor apa saja yang mempengaruhi
mikrotacking yang spontan pada keramik?
C.
Uraian
Materi
Sumber dari Thermal Residual Stresses
Perlu dicatat bahwa, thermal stress dapat
diakibatkan oleh perbedaan pemuaian termal pada material multifase atau
anisotropi dalam koefisien muai termal pada zat dengan fase tunggal (single-phase
solids). Ilustrasi yang menggambarkan perbedaan muai termal (differential
thermal expansion) pada material multifase menyebabkan thermal stress,
dalam sebuah kasus secara skematik dijelaskan pada Gambar 13.1a, sebuah
piringan padat ditempatkan dalam sebuah lingkaran yang terbuat dari material
yang berbeda. Pada kasus ini piringan yang ditempatkan tadi disebut inklusi (inclusion)
dan lingkaran tempat inklusi ditempatkan disebut dengan matrix, dengan
koefisien muai suhu αi dan αm.
Gambar 3.1 Langkah dengan Metode Eshelby. (a) Initial
configuration. (b) Pemotongan dan kedua benda (inklusi dan matrix) dibiarkan
memuai secara bebas sebagai akibat dari pemanasan. Perlu dicatat bahwa,
jari-jari lingkaran luar meningkat selama pemanasan berlangsung. (c) Efek
tegangan permukaan (surface force) dibutuhkan untuk memulihkan elemen ke
bentuk asalnya. (e) Mengelas (weld) kedua potongan material. (f)
Membiarkan sistem tersebut rileks (relax). Perlu dicatat bahwa
perpindahan (displacement) penghubung asal (original interface)
merupakan akibat dari proses relaksasi.
Sebelum mendapatkan jawaban kuantitatif , diperlukan
pemahaman kualitatif dari sebuah sistem yang suhunya divariasikan. Secara
singkat, jawabannya akan bergantung pada nilai relatif dariαi dan αm
dan peristiwa yang terjadi ketika sistem itu dipanaskan atau didinginkan. Untuk
mengilustrasikan hal tersebut, kita tinjau sebuah kasus dengan αi>
αm dan sistem tersebut dipanaskan.Material inklusi dan matrix
akan mengalami pemuaian (Gambar 13.1b), akan tetapi, dikarenakan αi>
αm, maka material inklusi akan memuai dengan laju yang lebih cepat,
tetapi secara radial akan terhalang oleh pemuaian yang dialami juga oleh
lingkaran di luarnya. Selama proses pemanasan, antara inklusi dan matrix
akan mengalami radial compression.
Perhitungan dalam masalah ini yaitu nontrivial dan
biasanya pada saat ini diselesaikandengan menggunakan finite-element dan
tehnik numerik lainnya. Akan tetapi, untuk geometrik yang sederhana (simple
geometric), metode yang sangat bagus dikembangkan oleh Eshelby. Masalah ini
diselesaikan dengan mengikuti rangkaian proses pemotongan (cuts), strains, dan pengelasan (welding
operations) sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 13.1, yaitu:
1.
Memotong
inklusi yang melebihi matrix
2.
Membiarkan
kedua material baik inklusi dan matrix memuai atau menyusut (contract)
sebagai akibat dari pemanasan maupun pendinginan keduanya (atau terjadi sebuah
transformasi fase) (Gambar 13.1b)
3.
Mengerjakan
tegangan permukaan (surface traction) yang cukup untuk mengembalikan
elemen ke bentuk yang semula (Gambar 13.1c)
4.
Mengelas
bagian persambungan (Gambar 13.1d)
5.
Membiarkan
sistem relax (Gambar 13.1e)
Untuk
menerapkan teknik
ini dalam permasalahan di atas, yaitu dengan mengikuti langkah-langkah berikut:
1.
Memotong
material inklusi, serta membiarkannya bersama matrix untuk memuai secara
bebas (Gambar 13.1b). Thermal strain dari material inklusi diberikan
oleh persamaan:
Dan
begitu pula pada matrix,
Dan didefinisikan bahwa, ΔT bernilai positif
selama proses pemanasan dan bernilai negatif selama proses pendinginan. Pada
pendinginan, Tfinal umumnya mencapai suhu ruang,
sedangkan Tinitial
lebih sulit ditentukan dengan jelas, tetapi berada di bawah temperatur
tertinggi dimana residual stress tidak dikurangi (not relieved).
2.
Sebuah
tekanan diberikan pada setiap elemen untuk mengembalikan material tersebut ke
bentuk asalnya (Gambar 13.1c). Untuk material inklusi,
Dengan Y adalah Modulus Young.Untuk
material matrix:
Perlu dicatat bahwa stress
yang dikerjakan dibutuhkan untuk mengembalikan material inklusi ke bentuk
asalnya berupa compressive(Gambar 13.1c) yang
perhitungannya diberi tanda negative sebagaimana persamaan (13.3).
1.
Lakukan pengelasan kembali pada dua bagian persambungan (Gambar 13.1d), serta
biarkan material tersebut yang berada dalam kondisi stress menuju relax-nya.
Ketika stress yang dimiliki tidak
sama, maka satu material akan ‘mendorong’ kea rah material lainnya, dan posisi
dari sambungan awal (original interface)
akan berubah dengan regangan (strain)
δ dalam arah yang tekanannya lebih besar sampai kedua
tekanan sama (equal stresses) (Gambar 13.1e). Pada keadaan seimbang kedua radial stresses sebanding
dan diberikan oleh
Setelah
disubstitusikan, maka akan diperoleh
Ini
merupakan hasil penting yang mempediksikan bahwa
·
Jika
Δα adalah nol, tidak ada strees yang timbul, yang terjadi ketika matrix
dan inklusi memuai dengan laju yang sama.
·
Untuk
αi>αm, selama terjadi pemanasan (ΔT
bernilai positif), strees pada inklusi lebih dominan dan matrix
seharusnya bersifat compreesive atau bernilai negatif.
·
Jika
inklusi secara total terhalang untuk bergerak (misal, αm = 0 dan Ym
tak hingga), maka persamaan (13.6) dapat disederhanakan menjadi
Dimana diprediksikan selama pemanasan, stress
secara umum bersifat compressive dan vice versa saat terjadi
pendinginan.
Pada perlakuan sistem di Gambar 13.1 untuk kasus yang
sederhana, serta hanya mempertimbangkan strees pada arah radial. Kondisi
pada daerah tiga dimensi lebih kompleks, dan penting pada kesempatan ini untuk
bisa memprediksikan setidaknya secara kualitatif sifat dari stress ini.
Saat permasalahannya tidak lagi satu
dimensional, selain pertambahan radial stress, aksial dan tangensial
atau hoop stress perlu dipertimbangkan.
Gambar 13.2 Radial dan tangensial stress yang
tumbuh selama proses pendinginan dari sebuah fiber yang ditempelkan pada matrix
untuk (a) αm< αf dan (b) αm > αf.
(c) Gambar mikro dari retakan radial yang dialami di sekililing fiber selama
proses pendinginan ketika αm > αf.
Di bagian
akhir pembahasan ini permasalahan inklusi yang berbentuk spheris dalam sebuah
matrix yang tak hingga dipertimbangkan. Ditunjukkan bahwa stress radial
(σrad) dan tangensial (σrad) yang
dialami sebuah inklusi berbenuk speris (bola) yang berjari-jari R dan berjarak
r dari persambungan (interface) diperoleh dengan rumus
Dengan υi
dan υi adalah Poisson rasio dari inklusi dan matrix. Stress
yang paling maksimum dialami di daerah persambungan pada r = 0, dan nilainya
berkurang secara drastis terhadap pertambahan jarak.
Thermal Shock
Pada pembahasan sebelumnya, termal stress cukup menghindari
kerusakan pada komponen tapi pada kasus ini, suatu bagian dapat secara spontan
retak selama pendinginan. Dengan catatan awal, pemanasan atau pendinginan
secara cepat pada keramik akan menghasilkan kerusakan/ failure. Macam-macam
failure ini dikenal dengan thermal shock,
dimana perubahan temperatur dan hubungan termal strees melebihi kekuatan bahan
tersebut. Misalnya suatu pendinginan komponen dari tempereatur T menuju T0,
pada permukaan akan cenderung menyusut tetapi ada pertahanan pada bagian lain
yang masih bertemperatur T. Dari pendapat ini dapat dipahami bahwa keadaan surface tensile stress dapat
menghasilkan titik setimbang dari kompresi bagian terbesar.
Percobaan : Mengukur
Thermal Shock resistance
Thermal
shock resistance biasanya mengevaluasi pemanasan sample
dengan variasi temperature Tmax. Sample ini didinginkan secara cepat
dengan cara quenching dari Tmax menuju temperature medium, biasanya
menggunakan Tair. Proses quenching mengukur retained stengrth dan
menggambarkan kekerasan suatu bahan atau ΔT = Tmax - Tambi.
Hasil eksperimen ini dapat dilihat pada gambar 13.3a. Terdapat hal yang penting
yaitu pada penurunan spontan pada retained
strength di daerah perbedaan temperature kritis ΔTc, dmana ini
merupakan sifat kerentanan suatu bahan material. Selama quench, temperature
semakin meningkat tapi kekuatan semakin berkurang secara berangsur-angsur. Hal
ini dapat dilihat juga pada gambar 13.3b
Gambar
13.3 (a) skema perilaku kekuatan adalah
sebuah fungsi dari kekerasan quench. (b) Data dari single Kristal dan alumina
polikristalin.
Dari penggambaran poin diatas, ini
sangat penting untuk memprediksi ΔTc.
Lagipula, dengan mengetahui variasi parameter dapat mempengaruhi thermal shock pada bentuk resitance zat
padat. Disamping itu, metodologi juga berpengaruh pada parameter-parameter
penting resistance keramik yang menjadi thermal shock.
Untuk
memeproleh DT
sebagai berikut:
1. Material
dianggap sebagai N yang terdistribusi secara bersama-sama secara Griffith flaws per volume,
2. Cacat
ini membentuk sirkulasi dengan radius C1,
3. Suatu
material didinginkan sampai batas permukaan, luas akan diasumsikan sebagai trixial tensil state off stress,
4. Perambatan
retak terjadi karena adanya rangsangan perambatan catak bahan N dengan
mengabaikan interaksi antara daerah stress disekitar retakan.
Energi total pada
system dirumuskan :
Dimana ketiga suhu disebelah kanan
menggambarkan kekuatan energi pada keretakan dan suhu yang terakhir adalah
energy yang dibutuhkan untuk suhu selanjutnya. Gc adalah kekerasan suatu
material.
…………………………..(13.11)
Dimana ΔTc ini perumusan dari
perambatan retak dan hubungan kekuatan energi. Sebaliknya jika ΔT ≤ ΔTc,
kekuatan energy tidak cukup untuk memperpanjang keretakan.
…………………………(13.12)
yang
mana hal ini cukup singkat tanpa melihat parameter pada material.
Dari
hal inilah Hasselman memperoleh suatu hubungan yaitu :
………………………(13.14)
dan
………………………(13.15)
Spontaneous Microcraking of ceramic
Keretakan
micro yang spontan merupakan hasil dari penambahan dari residual stresses yang
mana disebabkan oleh beberapa factor:
1. Anisotropy
expansion thermal pada material yang berfase tunggal
2. Mismatches
expansion thermal pada material yang berfase banyak
3. Perubahan
fase dan diiringi perubahan volume pada material berfase tunggal atau banyak
Secara detail akan dijelaskan di bawah ini:
A. Keretakan
micro yang spontan Anisotropy Expansion
Thermal
Noncubic ceramic dengan anisotropy
expansion thermal nya yang tinggi telah di ketahui mengalami keretakan micro
selama pendinginan.Keretakan yang terjadi sebatas batas butir akan mengalami
penurunan ketika ukuran butir berkurang dan berada di bawah batas butir
kritis.fenomena yang di laporkan pada berbagai macam padatan seperti AL2O3
,graphite,Nb2O5 dan berbagai macam titania yang
terdiri dari keramik seperti TiO2 ,Al2TiO5,Mg2TiO5,dan
Fe2TiO5.
Gambar
13.4
Pada
gambar 13.4 a dengan butir di amsusikan butir berbentuk kubus yang tersusun
dari butir yang saling berdekatan dan memiliki perbedaan koefisien expansion
thermal sepanjang sumbu x dan y , dimana α1<α2 untuk menyelesaikan
permasalahan ini yaitu dengan membuat expansi thermal yang lebih rendah menjadi
0,di anggap α1=0.Jika selama pendinginan butir tidak terhalangi bentuk dari
susunannya akan menjadi seperti 13.4 b.Tetapi pendinginan yang terhalangi akan
berimplikasi pada meningkatnya tekanan pada butir.
………………..(13.16)
Dengan
N adalah jumlah butir yang melepaskan tekanan dan Gcgb adalah kekerasan batas
butir,Us adalah energy dari badan yang tidak mengalami energy mikro dan Ug
adalah energy tegangan yang tersimpan pada butir,sehingga ukuran butir Kristal
kritis
……………………..(13.17)
Untuk
dua batas butir yang berdekatan residual
stress nya di dekati dengan rumus
……………………(13.18)
……………………….(13.19)
Secara
umum diperoleh
……………………….(13.20)
Dengan nilai dari konstanta numeric tergantung dari
detail model.model ini memprediksikan bahwa ukuran butir kritis yang berada
dibawah dimana patahan mikro terjadi secara spontan tidak timbul sebagai sebuah
fungsi anisotropy expansi thermal,kekuatan retakan batas butir dan modoulus
young.secara experimental hubungan antara dcrit,ΔT,danΔαmax umumnya sesuai,.
Keretakan mikro yang
terjadi secara spontan pada material multiphase
Secara konseptual agak
berbeda,tergantung setuasi terdahulunya. Kesamaan dari 2 benda ini sangat mudah
dikenali.salahsatu contohnya terdapat pada 13.4 yang diikuti oleh perubahan
arus panas yg koefisien dari lingkungannya.
Keretakan mikro yang
disebabkan perubahan fase yang diinduksi oleh tegangan Residial
Sisa gaya tekan tidak menghasilkan perubahan
panas saat terjadi perubahan atau perbedaan temperatur,tetapi akibat tahap
perubahan formasinya dititik tegangan secara nyata. Daripada menggunakan
∆v,bagaimanapun hasil tegangan pada umumnya lebih kecil derajat yang dihasilkan
∆v/∆o. Dimana ∆v mengalami banyak perubahan bentuk. Contoh ukuran tegangan kira
kira :
α
=
α ≈ γ 3 1 - 20 Δ υ υ Ο
13.15
Untuk contohnya,3 persen volume
mempengaruhi bahan yang mempunyai g
= 200 Gpa dan jumlah cairan 0,25 akan menghasilkan tegangan kira kira 4 Gpa.
Sisa
tegangan biasanya mengalir pada energi mesin dan dapat dipergunakan. Ini
terjadi pada bagian subjek yang memberikan keuntungan. Diujung tempat
terjadinya perubahan menjadi lebih keras dari cabang Zirconia. Dan keunggulan
yang lainnya,perubahan pada kaca akan dibahas pada bagian berikutnya.
D.
KESIMPULAN
Hasil
perubahan temperature pada dimensi berubah yang mana merupakan Thermal Strain.
Isotropik, yang terjadi ketika temperature yang sama dapat menampung strain
tanpa merubah thermal stress. Berbagai kondisi yang ditemukan antara lain:
a. Dibatasi
kondisi panas dan dingi
b. Laju
panas atau dingin. Kondisi ini terjadi oleh perubahan temperature yang mendadak
pada padatan. Permukaannya akan dibatasi dengan adanya bulk dan akan berubah
menjadi stress. Besarnya dari stress tergantung pada kekerasan dari termal
shock atau perubahan temperature.
c. Panas
atau dingin dari multhipahase keramik pada bermacam-macam jenis memiliki
perbedaan koeffisien ekspansi temal. Stress tidak dapat dihindari dengan
temperature yang rendah atau tinggi.
d. Panas
atau dingin dari sebuah keramik yang mana ekspansi termalnya adalah anisotropi.
Besarnya dari stress tergantung pada anisotropi ekspansi termal, dan dapat
menyebabkan keretakan pada polikristalin scara spontan. Kerusakan ini tidak
dapat dihindari dengan temperature rendah, tetapi bisa dihindari bila ukuran
dari ukuran btir yang kecil.
E.
DAFTAR
RUJUKAN
-Barsoum, M W. 2003. Fundamentals of Keramics. Drexel University:USA
Komentar
Posting Komentar