1.4.f.1. Disiplin Positif dan Nilai-Nilai Kebajikan Universal POINT 3
Moda: Kegiatan mandiri, Forum Diskusi
Tujuan Pembelajaran Khusus:
·
o
§
§
§
CGP dapat menjelaskan makna ‘kontrol’ dari paparan Teori Kontrol Dr.
William Glasser serta miskonsepsi yang terjadi di kehidupan sehari-hari, serta
dapat menjelaskan perubahan paradigma stimulus respon kepada teori kontrol.
§
CGP dapat menjelaskan makna Disiplin Positif, dan mengamati penerapannya di
lingkungannya, serta kaitan Teori Kontrol dengan 3 Motivasi Perilaku Manusia.
§
CGP menjelaskan pentingnya memilih dan menentukan nilai-nilai kebajikan
yang akan diyakini dan disepakati seluruh warga sekolah, sehingga kelak
tercipta sebuah budaya positif.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Gunakan navigasi diatas untuk ke halaman berikutnya!
Teori Kontrol (Dr.
William Glasser)
Selanjutnya psikiater dan
pendidik, Dr. William Glasser dalam Control Theory yang
kemudian hari berkembang dan dinamakan Choice Theory, meluruskan
beberapa miskonsepsi tentang makna ‘kontrol’.
·
Ilusi guru mengontrol murid.
Pada dasarnya kita tidak dapat memaksa murid untuk berbuat sesuatu jikalau
murid tersebut memilih untuk tidak melakukannya. Walaupun tampaknya
guru sedang mengontrol perilaku murid, hal demikian terjadi karena murid
sedang mengizinkan dirinya dikontrol. Saat itu bentuk kontrol guru
menjadi kebutuhan dasar yang dipilih murid tersebut. Teori Kontrol
menyatakan bahwa semua perilaku memiliki tujuan, bahkan terhadap
perilaku yang tidak disukai.
·
Ilusi bahwa semua penguatan positif efektif dan
bermanfaat.
Penguatan positif atau bujukan adalah bentuk-bentuk kontrol. Segala usaha
untuk mempengaruhi murid agar mengulangi suatu perilaku tertentu, adalah
suatu usaha untuk mengontrol murid tersebut. Dalam jangka waktu tertentu,
kemungkinan murid tersebut akan menyadarinya, dan mencoba untuk
menolak bujukan kita atau bisa jadi murid tersebut menjadi tergantung
pada pendapat sang guru untuk berusaha.
·
Ilusi bahwa kritik dan membuat orang merasa bersalah
dapat menguatkan karakter.
Menggunakan kritik dan rasa bersalah untuk mengontrol murid menuju pada
identitas gagal. Mereka belajar untuk merasa buruk tentang diri mereka.
Mereka mengembangkan dialog diri yang negatif. Kadang kala sulit bagi
guru untuk mengidentifikasi bahwa mereka sedang melakukan perilaku ini,
karena seringkali guru cukup menggunakan ‘suara halus’ untuk menyampaikan pesan
negatif.
·
Ilusi bahwa orang dewasa memiliki hak untuk memaksa.
Banyak orang dewasa yang percaya bahwa mereka memiliki tanggung jawab
untuk membuat murid-murid berbuat hal-hal tertentu. Apapun yang
dilakukan dapat diterima, selama ada sebuah kemajuan berdasarkan sebuah
pengukuran kinerja. Pada saat itu pula, orang dewasa akan menyadari
bahwa perilaku memaksa tidak akan efektif untuk jangka waktu panjang,
dan sebuah hubungan permusuhan akan terbentuk.
Komentar
Posting Komentar