1.1.f. Eksplorasi Konsep - Modul 1.1 POINT 6
Durasi : 2 JP (90 menit)
Moda: Mandiri
Tujuan Pembelajaran Khusus:
1.
1.
1.
1.
1. Peserta memahami pemikiran Ki Hadjar Dewantara
(KHD) mengenai tujuan dan asas pendidikan;
2. Peserta menganalisis
konsep-konsep pemikiran KHD berdasarkan pengalaman pembelajaran yang berpihak
pada murid.
Gunakan navigasi diatas untuk ke halaman berikutnya!
3. Dasar Dasar
Pendidikan yang Menuntun
KHD menjelaskan bahwa tujuan pendidikan
yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai
manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya
dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak,
agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan
kodrat anak.
Dalam menuntun laku dan pertumbuhan
kodrat anak, KHD mengibaratkan peran pendidik seperti seorang petani atau
tukang kebun. Anak-anak itu seperti biji tumbuhan yang disemai dan ditanam oleh
pak tani atau pak tukang kebun di lahan yang telah disediakan. Anak-anak itu
bagaikan bulir-bulir jagung yang ditanam. Bila biji jagung ditempatkan di tanah
yang subur dengan mendapatkan sinar matahari dan pengairan yang baik maka
meskipun biji jagung adalah bibit jagung yang kurang baik (kurang berkualitas)
dapat tumbuh dengan baik karena perhatian dan perawatan dari pak tani.
Demikian sebaliknya, meskipun biji jagung itu disemai adalah bibit berkualitas
baik namun tumbuh di lahan yang gersang dan tidak mendapatkan pengairan dan cahaya
matahari serta ‘tangan dingin’ pak tani, maka biji jagung itu mungkin tumbuh
namun tidak akan optimal.
Dalam proses “menuntun”, anak diberi
kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan
agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’
dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam
belajar. Anak juga secara sadar memahami bahwa kemerdekaan dirinya juga
mempengaruhi kemerdekaan anak lain. Oleh sebab itu, tuntutan seorang guru mampu
mengelola dirinya untuk hidup bersama dengan orang lain (menjadi manusia dan
anggota masyarakat)
KHD juga mengingatkan para pendidik
untuk tetap terbuka namun tetap waspada terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi, “waspadalah, carilah barang-barang yang bermanfaat untuk kita, yang
dapat menambah kekayaan kita dalam hal kultur lahir atau batin. Jangan hanya
meniru. Hendaknya barang baru tersebut dilaraskan lebih dahulu”. KHD
menggunakan ‘barang-barang’ sebagai simbol dari tersedianya hal-hal yang dapat
kita tiru, namun selalu menjadi pertimbangan bahwa Indonesia juga memiliki
potensi-potensi kultural yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar.
Kekuatan sosio-kultural menjadi proses
‘menebalkan’ kekuatan kodrat anak yang masih samar-samar. Pendidikan bertujuan
untuk menuntun (memfasilitasi/membantu) anak untuk menebalkan garis samar-samar
agar dapat memperbaiki laku-nya untnuk menjadi manusia seutuhnya. Jadi anak
bukan kertas kosong yang bisa digambar sesuai keinginan orang dewasa.
Komentar
Posting Komentar